medanToday.com,KARO – Hidup adalah perjuangan. Sebab kehidupan cemerlang bukanlah hadiah. Tidak diberikan begitu saja, hidup sukses adalah piala.

“Bukan air mata lagi yang keluar, bahkan darah. Hidup harus dengan perjuangan,” Begitulah Dedi Nelson katakan.

Setiap piala harus direbut penuh perjuangan.
Ada air mata yang menetes.
Ada pengorbanan yang menggetarkan jiwa.
Ada pula doa tulus yang dipanjatkan.

Belum lagi mencapai tujuannya, perjuangan telah memberikan kenikmatan hidup bagi para prajurit kehidupan ini. Jalan hidup selalu berliku. Menanjak lalu menurun. Bergelombang hingga berkelak-kelok, akhirnya berujung pada puncak kesuksesan.

Kita belajar, bekerja dan bila sampai pada takdirnya, kita pun meraih kesuksesan itu.

Siapa Dedi Nelson? barangkali nama yang cukup asing bila dibandingkan dengan nama-nama seperti Bill Gates atau Steve Jobs. Namun, kisah hidupnya cukup menarik untuk kita simak dan pelajari. Termasuk caranya mengubah sudut pandang bagaimana merintis suatu usaha.

Pria berdarah Minang ini lahir di Batu Sangkar, 25 Maret 1965. Sosok yang gampang akrab, dengan gestur tubuhnya yang ciptakan kesan tak berjarak hadir dengan cerewetnya memancing rasa ingin tahu, namun rendah hatinya menyimpan kesan yang mendalam.

Saat ini Dedi Nelon menjabat sebagai General Manager Hotel Internasional Sibayak Berastagi. Sebuah pencapaian yang didapat dengan air mata yang menjadi sahabat selama merintis karir.

“Kalau tidak dipecahkan ruyung, manakan dapat sagunya” artinya tak akan tercapai maksudnya kalau tak mau berusaha dan bersusah payah. Merupakan sebuah pepatah Minang yang hingga saat ini masih melekat di hati Dedi.

Awal Merintis Karir

GM Hotel Sibayak Internasional Berastagi, Dedi Nelson. Photo: Dedi Sinuhaji for MEDANTODAY.com

“Sebenarnya saya ini orang desa, orang gak percaya saya susah. Saya merantau karena ingin maju,” tutur Dedi kepada medantoday.com.

Kalimat tersebut mengawali kisah hidup Dedi selama merintis karir di dunia perhotelan.

Tahun 1984, saat itu Dedi Nelson baru saja menyelesaikan studinya di Sekolah Menengah Atas (SMA). Usai itu, Dedi mendapat beasiswa dari Kementerian Luar Negeri untuk melanjutkan studi strata satu (S1) di Perguruan Tinggi Swadaya, Medan.

Menjadi seorang mahasiswa jurusan Sastra Inggris, merupakan tangga yang mengantarkannya menuju gerbang kejayaan.

Untuk pertama kalinya Dedi menggeluti dunia perhotelan pada 1987 di Hotel Polonia Medan. Selanjutnya, pada 1988, Dedi mengikuti pelatihan di Hotel Tiara.

Memasuki tahun 1997, di mana krisis moneter terjadi, Dedi memutuskan untuk merantau ke Pulau Bintan.

Merantau Demi Keluarga

GM Hotel Sibayak Internasional Berastagi, Dedi Nelson. Photo: Dedi Sinuhaji for MEDANTODAY.com

“Ayaaaah, jangan pergi,” teriak sang anak sambil memeluk erat kakinya.

Begitulah Dedi bercerita saat anak-anaknya menahan kepergiannya ke Pulau Bintan. Walau hatinya teriris melihat air mata sang buah hati, namun Dedi tak punya pilihan. Ia pun terus menapaki langkahnya.

Air mata pedih dalam perjuangan lebih indah dari pada telaga tenang. Tangis dalam doa lebih indah daripada semilir angin senja.

“Pesan orangtua, kalau ada niat hati meninggalkan kampung, jangan lihat ke belakang. Saya tetap berjalan, walaupun saya menangis,” ungkap Dedi.

Pada 1998-2001, Dedi melanjutkan perjuangannya di bidang Perhotelan. Ia bekerja di salah satu perusahaan Spanyol yang berada di Pulau Bintan. Dedi bekerja di Soulmily Hotel Spanyol.

GM Hotel Sibayak Internasional Berastagi, Dedi Nelson. Photo: Dedi Sinuhaji for MEDANTODAY.com

Kemudian, pada 2001-2005, Dedi mendapat tawaran kerja di Hotel Grand Angkasa, yang merupakan hotel berbintang lima pertama di Sumut. Saat itu, Dedi menjabat sebagai EB Operasional Manager.

Setelah hampir enam tahun bekerja Hotel Grand Angkasa, Dedi mendapat tawaran kerja di Hotel Madani. Untuk pertama kalinya Dedi menjabat sebagai General Manager.

Setelah berhasil mengembangkan Hotel Madani dengan konsep Hotel Syariah, akhirnya Dedi mendapat tawaran lagi di Hotel Sibayak dengan posisi jabatan sebagai General Manager.

Keberhasilan Dedi Nelson di dunia perhotelan tidak terlepas dari kegigihan serta komitmen yang selalu Ia pegang sampai dengan saat ini.

“Saya suka berkerja di hotel, karena Saya suka membuat orang senang dan nyaman.
Kuncinya adalah jangan pernah membeda-bedakan status orang lain,” ucapnya.

Dedi Nelson pun berpesan, “Jikalau saat ini engkau berada dalam kemiskinan, maka dobraklah tembok kemiskinan itu. Gembiralah sebab jiwa memiliki satu misi hidup, yakni menghancurkan kesusahan.”

Tantanglah dirimu untuk menaklukan tembok pemisah antara dirimu dengan kebahagiaan. Turunlah ke medan pertempuran. Katakan pada jiwamu, “Berjuanglah! Menangkan dirimu!.” (mtd/nn)

=================