Pekerja membersihkan kaca gedung perkantoran di Jakarta, Selasa (10/10). Berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan menyebutkan ada 101.367 kasus di 17.069 perusahaan dari 359.724 perusahaan yang terdaftar dengan korban meninggal dunia sebanyak 2.382 orang tahun 2016 akibat kecelakaan kerja. Angka kecelakaan kerja di Indonesia dirasa masih cukup tinggi, salah satu penyebabnya adalah masih rendahnya kesadaran pengusaha dan karyawan akan pentingnya penerapan K3. KONTAN/Fransiskus Simbolon/10/10/2017
Pekerja membersihkan kaca gedung perkantoran di Jakarta, Selasa (10/10). Berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan menyebutkan ada 101.367 kasus di 17.069 perusahaan dari 359.724 perusahaan yang terdaftar dengan korban meninggal dunia sebanyak 2.382 orang tahun 2016 akibat kecelakaan kerja. Angka kecelakaan kerja di Indonesia dirasa masih cukup tinggi, salah satu penyebabnya adalah masih rendahnya kesadaran pengusaha dan karyawan akan pentingnya penerapan K3. KONTAN/Fransiskus Simbolon/10/10/2017

medanToday.com – Ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal hanya mencapai 5,05% – 5,1% pada kuartal III. Begitu juga target pertumbuhan sampai akhir tahun diramal realistis.

Sementara tahun 2018, diprediksi membaik namun tidak akan mencapai target 5,4% seperti target RAPBN 2018.

Pertumbuhan ekonomi kuartal III-2017 dimotori belanja pemeritah yang membaik sekitar 5%. Selain itu, faktor ekspor dan impor menyumbang sekitar 4%-5%. Komponen ekspor terdorong oleh harga batubara, minyak kelapa sawit dan minyak mentah. Hingga akhir tahun, ekspor diprediksi positif.

Belanja pemerintah bergeser dari triwulan II ke triwulan III. Realisasi belanja pegawai khususnya realisasi tunjangan pegawai serta pencairan proyek-proyek pemerintah diharapkan bisa mendorong pertumbuhan belanja pemerintah hingga lebih dari 4%.

Menurut Bhima Yudhistira, peneliti INDEF, di sisa waktu ini pemerintah harus menggenjot efektivitas belanja pemerintah yang kontribusinya mencapai 9,4% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Pemulihan daya beli konsumen baik di kelompok 40% terbawah maupun masyarakat pendapatan 20% teratas harus terus didorong dengan kepastian kebijakan seperti perpajakan. Selain itu, pemberian stimulus bagi sektor padat karya adalah alternatif lain untuk dongkrak perekonomian.

Dia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi akhir tahun 5%-5,1%, juga tidak akan jauh berbeda dengan 2018 mendatang. Mohammad Faisal, Direktur Penelitian CORE memprediksi pertumbuhan ekonomi di tahun 2018 membaik yang bersifat marginal.

Menurutnya, akan sedikit ada perbaikan pertumbuhan ekonomi namun tidak akan mencapai target pemerintah 5,4%. Hal ini dilihat dari pertumbuhan tahun 2017 yang juga diprediksi tidak mencapai 5,2%. “Jadi, dari segi target ketinggian,” ujarnya, Minggu (5/11/2017).

Pertumbuhan ekonomi eksternal atau global mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia di beberapa hal pada 2018 nanti. Meski begitu, masih banyak yang membuat pelaku usaha dan konsumen mengambil sikap wait and see, terlebih tahun depan memasuki tahun politik.

Faisal menambahkan, tahun depan sektor investasi akan memotori pertumbuhan ekonomi meski di sisi lain seperti ekspor dan impor akan relatif stagnan di 4%. “Pertumbuhan 2018 membaik, namun tetap ada catatan,” kata dia.

(mtd/min)