Petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mengukur besaran gempa tremor pada seismograf, di Pos Pengamatan Gunung Api Agung, Desa Rendang, Karangasem, Bali, Rabu (22/11). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mencatat adanya gempa tremor yang terus berlangsung pascaletusan freatik pada Selasa (21/11) pukul 17.05 Wita. ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana/kye/17.
Petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mengukur besaran gempa tremor pada seismograf, di Pos Pengamatan Gunung Api Agung, Desa Rendang, Karangasem, Bali, Rabu (22/11). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mencatat adanya gempa tremor yang terus berlangsung pascaletusan freatik pada Selasa (21/11) pukul 17.05 Wita. ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana/kye/17.

medanToday.com, JEMBER – Kepala Stasiun Geofisika BMKG Karangkates Malang Musripan SE mengatakan sebanyak 557 gempa bumi yang mengguncang di Jawa Timur selama 2017 dan delapan gempa di antaranya yang dirasakan atau berdampak di masyarakat.

“Tahun ini terekam sebanyak 557 gempa bumi dan delapan kali gempa yang dirasakan oleh masyarakat di beberapa daerah di Jatim,” katanya dalam surat elektronik yang diterima Antara di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Senin (25/12/2017).

Sedangkan jumlah gempa bumi yang tercatat di BMKG Karangkates pada tahun 2016 sebanyak 566 gempa, namun yang dirasakan atau berdampak di masyarakat Jatim sebanyak 15 kali.

“Selama 2016, gempa terbanyak terjadi pada bulan Februari sebanyak 117 gempa, sedangkan pada Januari tercatat 39 gempa bumi, Maret dan April masing-masing (43 gempa), Mei (32 gempa), Juni (37 gempa), Juli (50 gempa), Agustus (41 gempa), September (45 gempa), Oktober (36 gempa), November (35 gempa), dan Desember (48 gempa),” tuturnya.

Ia mengatakan jumlah gempa bumi tahun 2017 cenderung menurun dibandingkan tahun 2016 baik jumlah gempa secara keseluruhan maupun gempa yang berdampak atau dirasakan oleh masyarakat di Jawa Timur.

Menurutnya pembangkit gempa bumi ditinjau dari kedalaman hiposenternya rata-rata gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar lempeng yakni dalam hal ini sesar/lempeng Indo Australia menyusup ke bawah lempeng Eurasia dan terjadi deformasi batuan hingga memicu terjadinya gempa bumi.

“Jenis gempa bumi rata-rata yang terjadi selama tahun 2017 adalah gempa bumi dangkal dan lokal di Jawa Timur,” katanya.

Musripan mengimbau masyarakat untuk tidak panik dan tidak mudah percaya dengan adanya kabar atau isu gempa yang akan terjadi di berbagai daerah karena gempa bumi tersebut tidak dapat diprediksi.

“Jangan mudah percaya dengan isu prediksi gempa yang sumbernya tidak jelas seperti yang terjadi beberapa waktu lalu menyebar melalui media sosial dan pesan berantai melalui Whatsapp itu menyebabkan keresahan masyarakat,” ujarnya.

Hingga kini, lanjut dia, gempa bumi tektonik belum bisa diprediksi secara ilmiah dengan baik, sehingga BMKG akan mengeluarkan pers release terjadinya gempa bumi, setelah gempa bumi tersebut terjadi.

“Informasi tentang terjadinya gempa bumi biasanya akan kami teruskan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat untuk ditindaklanjuti, sehingga masyarakat sebaiknya meminta informasi kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab dan tidak mempercayai kabar burung yang tidak jelas sumbernya itu,” katanya, menambahkan.

(mtd/min)