Jika kita memasang taruhan yang amat tinggi. Rasanya tak banyak orang akan menjagokan JR Saragih di kontestasi Pilgubsu nanti. Apalagi, lawan yang harus di hadapi adalah seorang Jendral bernama Eddy Rahmayadi calon yang didukung 60 % kursi partai politik di DPRD Sumut. Juga Djarot Saiful Hidayat, kader populer PDI Perjuangan yang telah melanglangbuana di pertarungan politik baik Jawa Timur maupun DKI Jakarta.

Pun jika bicara soal ketokohan, JR Saragih dianggap tidak setegas Eddy Rahmayadi dan sebersih Djarot ketika menjalankan jabatan publik. Cerita kekalahan, tentu saja tidak pernah luput dari perbincangan kedai-kedai kopi, lini masa media sosial hingga diskusi eksklusif elit politik Sumatera Utara.

Tapi, yang harus dipahami adalah tidak ada kemenangan yang tidak dilalui dari hasil pertarungan apalagi kalau lapangannya becek. Kalah menang, malu bangga, sedih bahagia itu di hitung setelah pertarungan.

Anda tidak pernah bisa memastikan klub sepak bola Barcelona akan menang mudah melawan Levante di La Liga, Chelsea tidak akan menang mudah melawan Brunley di ajang Piala FA atau klub antah berantah dari Italia, Como akan kalah mudah berhadapan dengan Juventus. Pun anda tidak bisa memastikan PSMS akan kalah melawan Klub Sepak bola Spanyol Real Madrid.

Apalagi pertandingan dilangsungkan di lapangan becek, berlumpur penuh air, pasir dan tanah. Tidak ada yang bisa menebak hasil akhir pertandingan.

Oke ketua…

Anggap saja persaingan pada Pilkada 27 Juni 2018 nanti, tinggal menyisakan pertarungan yang serius antara Eddy Rahmayadi vs Djarot Saiful. Tempatkan pula, JR Saragih berada di pihak yang mustahil untuk menang.

Tapi ketua-ketua para pembaca terlalu jauh berandai-andai, sebaiknya berpikirlah agak santai ketua. Minum kopi, main dam batu dan tarik dikit rokok Samsu itu. Saya tidak paham, sepaham-pahamnya. Sampai saat ini sensitifitas para pendukung Djarot masih sebal dengan kepedean JR Saragih ada di pilihan kotak Suara Pilgubsu.

BACA JUGA:

Masih Menjabat BUPATI Simalungun, JR SARAGIH Akan Lakukan Cuti

Mungkin terlalu banyak membaca survei-survei politik tinggi yang berargumen Basis pemilih Djarot dan JR Saragih relatif sama. Lalu mengabaikan argumen para Juru Parkir di jalan becek.

Kenapa gak Djarot dan JR Saragih bersatu saja, menyatukan kekuatan. Kan bisa menyaingi kehebatan Eddy Rahmayadi, yang diakuinya sendiri oleh dirinya (Eddy Rahmayadi) adalah calon gubernur paling hebat di Indonesia karena berhasil mengumpulkan 60 % kursi di DPRD Sumut. Sementara Djarot dan JR Saragih adalah cagubsu yang tertatih mendapatkan sekadar 20 kursi, syarat minimal pencalonan.

Anda pun bisa berargumen, betapa menyebalkannya JR Saragih yang niat amat maju sebagai Cagubsu.

JR Saragih gak akan menang, JR Saragih buang-buang uang saja, JR Saragih banyak gaya saja, JR Saragih memuaskan batin saja” itu adalah komentar para orang yang menyangkan majunya JR Saragih di kontestasi Pilgubsu.

Juru Parkir di salah satu tempat di Simalungun pernah bercerita ke saya. bahwa Mobil paling mewah, paling mahal pula akan sulit berjalan di jalan becek. Apalagi jalan tersebut dihiasi lubang yang kedalamannya hingga setengah meter, pasti susah untuk berjalan.

Jalan becek tentu tidak hanya ada di Simalungun saja, di pelbagai wilayah seperti Langkat, Serdang Bedagai, Tapanuli bahkan kota Medan jalan becek menjadi hiasan yang menyebalkan untuk semua orang termasuk Presiden Jokowi saat mengelilingi Medan. Artinya setiap orang yang ingin berjalan masuk ke Kantor Gubernur Sumatera Utara di dunia ini. Tidak lepas dari jalan yang becek penuh lumpur.

Akhirnya saya pun tidak tahu saya sedang menulis apa, soal becek-becekan pula. Kalau para-para ketua pembaca kesal membaca artikel ini karena arahnya tidak jelas, tidak apa-apa. Jika tertawa atau emosi saya senang karena respon anda. Pun kalau anda mengabaikan artikel ini, terima kasih untuk para ketua.

Bapak JR Saragih, saran saya becekkan saja lapangan, ketua…

Lalu, terbanglah dengan Helikopter anda….

ILUSTRASI. Bupati Simalungun, JR Saragih membawa tiga warga Nagori Dolok, Silau Kahean ke RS. Tuan Rondahaim di Pematang Raya dengan menggunakan helikopter di Nagori Dolok, Silau Kahean, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. (Sumber : Tribun Medan / Ari)

==========================