Pengamat ilmu budaya, Ahmad Arif Tarigan (dua dari kanan) saat ngopi dengan koleganya di Sindikat Kopi,Jalan Flamboyan,Medan. MTD/istimewa

medanToday.com, MEDAN – Tindak kekerasan dan penganiayaan seolah menjadi pilihan terakhir yang dilakukan untuk menyelesaikan sebuah permasalahan. Bahkan, tidak jarang kita temui korban kekerasan harus kehilangan nyawa karena permasalahan yang hanya sebesar biji kopi..,kecil.

“Ada apa dengan situasi sosial kita, Kekerasan fisik kerap menjadi solusi sebuah menyelesaikan permasalahan. Seolah kita tidak punya cara lain untuk mengelola masalah,” ucap seorang Pengamat Ilmu Budaya di Kota Medan, Ahmad Arief Tarigan, Sabtu (21/10/2017)

BACA JUGA:

Kepada medanToday.com, Arief memberikan pendapatnya terhadap permasalah yang saat ini tengah memporak-porandakan mahasiswa serta stekholder Universitas Sumatera Utara (USU).

“Secara, setiap permasalahan pasti ada sebab – akibat. Biarlah hukum yang berbicara sebab akibat terhadap permasalahan yang terjadi antara Imanuel Silaban dan Satuan Pengamanan USU,” ujar Arief

BACA: Catatan Kelam Kebrutalan Satpam USU Selama 13 Tahun Terakhir

Apabila kekerasan, kata Arif, terjadi dan menjadi gejala umum di sebuah Universitas, semestinya karakternya problem solving atau menyelesaikan masalah tidak dengan kekerasan fisik.

“Kita berada di atmosfer akademik, harusnya permasalahan antara satpam dan mahasiswa ini kita mencari apa yang menjadi akar masalah, jangan mempersalahkan siapa yang salah kepada siapa. Mari selesaikan secara akademik” tuturnya.

Pendidikan termasuk ekosistem dimana saling terhubung satu sama lain, termasuk juga pemerintah dan masyarakat didalamnya.

“Tidak usah reaksioner. Siapa yang salah, biar hukum yang menyelesaikan. Secara penyimpangan sosial kita harus temukan akar masalah. Kalau punya niat baik kita selesaikan akar masalah,” ucapnya (mtd/non)

================