Suasana aktifitas jual beli di pasar hewan Rogojampi, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (13/9). Pedagang sapi di pasar itu mengatakan, pada bulan zulhijah permintaan sapi di Banyuwangi meningkat, dampak dari kebutuhan daging sapi sebagai tradisi masyarakat setempat melangsungkan pernikahan pada bulan tersebut. ANTARA FOTO/Budi - Candra Setya

medanToday.com, JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kemtan) berupaya untuk terus meningkatkan populasi sapi di Indonesia.

Apalagi menurut Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kemtan, I Ketut Diarmita, mengungkap saat ini populasi sapi di seluruh Indonesia berkisar 16 juta ekor, dan belum mampu memenuhi kebutuhan sapi.

Saat ini terdapat beberapa program pemerintah yang sudah dilakukan untuk meningkatkan populasi sapi.

Sebut saja Upaya Khusus sapi Wajib Bunting (Upsus Siwab) dari Kemtan serta kewajiban impor 1:5 yang ditetapkan oleh Kementerian Perdagangan.

Upsus Siwab merupakan program untuk meningkatkan populasi melalui Inseminasi Buatan (IB), sementara kewajiban impor 1:5 dimana setiap feedloter atau peternak sapi pengemukan mengimpor 5 sapi bakalan, mereka juga harus mengimpor 1 sapi indukan.

Menurut I Ketut Diarmita, program Upsus Siwab cukup berhasil, dimana sampai saat ini sudah terdapat 67% IB dari target yang ditentukan 4 juta. Dia juga optimistis, hingga akhir tahun Kemtan mampu memperoleh target tersebut.

“Dalam tiga bulan ini kalau kita laksanakan secara intensif, harusnya tercapai. Saya juga sebenarnya fokus di IBnya, bukan di buntingnya. IB ini jangan sampai berkurang, karena dengan itulah nanti adanya pembuntingan,” tuturnya, Rabu (20/9/2017) kemarin.

Sementara itu, I Ketut Diarmita menilai kebijakan impor 1:5 yang ditetapkan belum cukup efektif untuk meningkatkan populasi sapi.

Menurutnya, meski sudah ada perusahaan yang menerapkan hal tersebut belum menunjukkan hasil yang signifikan.

“Saya melihat belum efektif dan hasilnya belum signifikan untuk mendorong populasi sapi yang ada di Indonesia. Meski sudah ada yang melakukan tetapi belum semua karena pemainnya itu-itu saja belum ada yang baru,” ungkapnya.

Dia juga bilang, kebijakan ini masih akan dievaluasi pada Desember 2018. Karena itu, pemerintah masih memberikan kemudahan bagi para pengusaha dalam menerapkan kebijakan ini.

Menurutnya, masih banyak pengusaha yang mengimpor bakalan terlebih dahulu, barulah di akhir tahun impor indukan dilakukan.

Selain upaya itu, I Ketut Diarmita juga menjelaskan langkah yang akan diambil Kemtan untuk meningkatkan populasi sapi.

Katanya, pada tahun 2018, Kemtan berencana mengimpor 15.000 ekor indukan dari berbagai negara.

Dia bilang, nantinya sapi tersebut bisa diimpor dari negara yang menawarkan harga termurah dan terbebas dari berbagai penyakit.

“Saya berharap rencana ini bisa dilakukan, dan sudah diamini oleh DPR. Impornya dari berbagai negara yang sudah terbebas dari penyakit. Karena ini kan akan ternakkan, bukan untuk dipotong. Saya juga berikan kebebasan kepada pemenang yang mengadakan itu untuk mengimpor dari negara yang sapinya dianggap murah dan paling memenuhi syarat yang ditetapkan,” jelasnya.

Dia juga menambahkan, anggaran impor sapi ini akan diambil dari Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2018. Sementara itu, ditargetkan harga satu ekor sapi sebesar Rp 24 juta.

(MTD/MIN)