Sebuah mobil minibus yang menabrak separator di kawasan sekitar UKI Cawang, Jakarta Timur, Kamis (21/12/2017).(TMC Polda Metro Jaya)
Sebuah mobil minibus yang menabrak separator di kawasan sekitar UKI Cawang, Jakarta Timur, Kamis (21/12/2017).(TMC Polda Metro Jaya)

medanToday.com, JAKARTA – Mobil minibus dilaporkan menabrak separator pembatas jalan di jalan depan sekitar UKI Cawang, Jakarta Timur pada Kamis (21/12/2017) dini hari. Kasus kecelakaan tunggal seperti ini sebenarnya bukan yang pertama kalinya terjadi di Jakarta.

TMC Polda Metro Jaya terpantau cukup sering melaporkan adanya sebuah mobil yang menabrak separator saat dini hari. Contohnya seperti saat sebuah sedan sport menabrak separator busway di kawasan Harmoni, Jakarta Pusat, Rabu (20/12/2017); ataupun saat sebuah mobil sedan menabrak separator di Jalan Marga Satwa, Jatipadang, Jakarta Selatan pada Minggu (12/11/2017).

Pendiri dan Instruktur dari Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu menilai, banyaknya kasus mobil menabrak separator pada dini hari disebabkan faktor unconscious, yakni kurangnya tingkat kesadaran diri dari pengemudi itu sendiri.

Unconscious bisa disebabkan karena kelelahan ataupun mengantuk. Menurut Jusri, keadaan ini kemudian diperparah dengan perilaku mengemudi yang tidak aman. Seperti ngebut karena merasa jalanan tengah sepi.

“Harusnya mengemudi perlu menggunakan akal sehat. Begitu pandangan dan kesadaran berkurang, turunin kecepatan. Ketika turun kecepatan, maka kita punya kesempatan untuk bereaksi ketika menghadapi situasi yang tidak kita ketahui. Misalnya ada separator,” kata Jusri kepada KompasOtomotif, Jumat (22/12/2017).

Jusri menuturkan pada dasarnya sebuah kecelakaan bisa digolongkan dalam dua jenis, yakni akibat penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung adalah faktor yang berasal dari pengemudi itu sendiri, seperti lelah, lengah, ataupun karena tidak disiplin dalam berlalu lintas. Sementara itu, penyebab tidak langsung lebih disebabkan karena kondisi jalan yang kurang baik ataupun kurangnya penerangan jalan.

Dalam kasus mobil menabrak separator pada dini hari, Jusri mengakui acapkali memang ada separator yang tidak dilengkapi “mata kucing”. Namun ia menganggap kondisi ini tidak bisa bagi pengemudi. Sepanjang mobil dilengkapi penerangan yang baik dan pengemudi dalam kondisi prima, Jusri menilai kecelakaan tunggal seharusnya bisa dihindari.

“Seterampil apapun memgemudi, kalau tengah dalam kondisi visibility yang kurang, bagaimana mau bereaksi saat menghadapi situasi yang tidak kita ketahui. Waktu tempuh lebih cepat, tapi kesempatan bereaksi justru jadi lambat,” ucap Jusri.

(mtd/min)