Komunitas Parmalim Harapkan Kedamaian Bagi Indonesia

Ratusan penganut agama Malim menggelar ibadah atau Marari Sabtuan sekaligus doa bersama yang bertajuk doa dari pelosok desa,di Huta Tinggi, Kecamatan Laguboti, Toba Samosir, Sabtu 19 November 2016. MTD/ist

SAMOSIR,MEDAN TODAY.com – Seruan perdamaian untuk Indonesia pasca kisruh akibat kasus dugaan penistaan agama yang sempat memicu gesekan antar umat beragama, terus menggema di seluruh pelosok tanah air.

Tidak hanya kalangan TNI Polri atau kelompok-kelompok lain yang menggelar kegiatan dengan mengatasnamakan Bhineka Tunggal Ika, seruan perdamaian juga datang dari desa kecil Huta Tinggi, Kecamatan Laguboti, Tobasamosir di Sumatera Utara, yang merupakan tempat pemukiman komunitas Parmalim.

Terpanggil sebagai anak bangsa yang wajib berperan serta dalam kedamaian bangsa, Sabtu,19 November 2016, ratusan penganut agama Malim menggelar ibadah atau Marari Sabtuan sekaligus doa bersama yang bertajuk doa dari pelosok desa.

Doa bersama yang dilaksanakan di dalam rumah ibadah tersebut, dipimpin Sabar Simanjuntak, selaku Ulupunguan atau pimpinan kelompok. Berdoa di hadapan foto Raja Mulia yang dikenal sebagai murid setia Sisingamangaraja I hingga XII, para anggota Parmalim terlihat khidmat mengikuti prosesi ibadah dengan menggunakan bahasa Batak.

Sebagai bentuk keprihatinan komunitas ini, sebuah spanduk besar berisi petisi untuk pemimpin bangsa turut mereka pajang di areal komplek peribadahan mereka.

parmalim02
Petisi itu berisi, “Untuk Negara dan Pemimpin kami, Juga kepada saudara kami yang berbhineka Agama, Kepercayaan, Suku, Ras & Antar Golongan.Semoga kehidupan di Jakarta yang penuh perbedaan tetap rukun mewarnai muka bumi. Maka, mari kita saling menghargai didalam Indonesia. Dari kami saudaramu,Penganut kepercayaan Parmalim. Di kampung kecil kabupaten Toba Samosir.”

Usai menggelar doa bersama, Sabar Simanjuntak sebagai Ulupunguan mengungkapkan, Marari sabtuan sebagai rutinitas mingguan yang mereka lakukan, sengaja menjadi momen bagi pengikut Parmalim untuk turut menyampaikan keprihatinan atas kondisi bangsa Indonesia yang terancam pecah.

“Terus terang, kami juga kecewa dengan kondisi bangsa kita saat ini yang terus diliputi konflik” ucap Sabar.

Karena itu, lanjutnya, kelompok Parmalim berharap kepada pemimpin bangsa untuk segera menyudahi segala permasalahan yang ada dan menuntaskan segala hal yang berkaitan dengan proses hukum.

“Kami mungkin berada di pelosok dan berkomunitas kecil, tapi sebagai anak bangsa, kami berharap, doa bersama yang kami gelar ini dapat menjadi penyemangat bagi seluruh rakyat untuk bersama-sama bertekad menjaga keamanan dan ketertiban negara, tidak terpecah belah” ujarnya.

Lebih jauh Sabar juga berharap pemerintah lebih bijak dalam mengatasi situasi ini, agar seluruh cobaan yang sedang melanda Indonesia secepatnya berakhir.

Berdasarkan data, komunitas yang bertuhankan debata mulajadi nabolon Tuhan ini, saat ini berjumlah sekitar 1334 kepala keluarga atau sekitar 5555 jiwa yang tersebar di 20 provinsi di Indonesia.

Kelompok parmalim di desa Huta Tinggi ini dipimpin oleh seorang bernama Raja marnakok naipospos, yang baru meninggal dunia pada 14 september 2016 lalu pada usia 77 tahun.

Sesuai kepercayaan, di atas rumah ibadah parmalim, selalu terpajang patung 3 ekor ayam berwarna putih, hitam dan merah.

Ayam putih melambangkan kesucian atau halimon, hitam sebagai lambang kerajaan tua atau simbol bumi dengan segala alam smestanya. Sedangkan ayam merah melambangkan kekuatan atau berkuasa penuh, itulah Tuhan. Karena itu, penganut agama malim percaya, sebagai umat, manusia hanya tunduk kepada Nya. Karena hanya tuhan semua yg memilikinya. (mtd/bwo)