medanToday.com, BANYUWANGI – Ninis Ladytia (26), penyandang Tuna Netra mengikuti ujian seleksi calon anggota Panwas Kecamatan yang diselenggarakan Panwas Kabupaten Banyuwangi Minggu (8/10/2017).

Perempuan berkacamata tersebut mendaftar dari Kecamatan Cluring. Untuk mengerjakan tes, Ninis dibantu oleh Holis Setiowandono (35) dari Yasayan Aura Lentera yang membacakan soal ujian.

“Sejak awal saya sudah diberitahu jika tidak ada soal braille tapi pihak penyelenggara menyediakan petugas yang akan membantu membacakan soalnya,” ujar Ninis.

Perempuan kelahiran Banyuwangi 26 Juli 1991 berhasil lulus dari Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya. Dia juga sempat mengajar di Yayasan Mata Hati, lembaga pendidikan yang khusus menangani anak anak tuna ganda di Kabupaten Banyuwangi.

Kepada Kompas.com, Ninis mengaku ikut seleksi Panwascam agar hak-hak politik dari kawan-kawannya sesama difabel lebih diperhatikan.

Ia mencontohkan selama ini tidak pernah ada anggota KPU baik pusat, provinsi ataupun daerah yang berasal dari mereka yang berkebutuhan khusus padahal sebagai warga negara, mereka juga mempunyai hak yang sama.

“Pernah saat coblosan pemilihan umum saya didamping tapi yang melakukan pencoblosan bukan saya. Sempat protes apalagi kertas suara bukan braille dan saya tidak tahu apakah yg dicoblos sesuai dengan pilihan saya atau tidak,” kata Ninis.

Sementara Holis dari Yayasan Aura Lentera Banyuwangi mengaku diminta oleh pihak Panwas Kabupaten Banyuwangi untuk membacakan soal Ninis. Biasanya Holis membantu membacakan soal-soal ujian sekolah.

“Dulu saya sempat mengajar di SLB jadi paham bagaimana menjadi pembaca. Dan tidak ada kesulitan hanya mungkin ada beberapa soal yang dibaca berulang sampai paham. Untuk jawaban benar atau salah bukan bagian tugas saya,” ucap Holis.

Menurut Hasyim Wahid, Kepala Panwas kabupaten Banyuwangi, baru tahun ini ada pendaftar dari penyandang disabilitas. Sebelumnya belum pernah ada yang mendaftar.

Syarat administrasi termasuk kesehatan sudah dipenuhi oleh Ninis sehingga tidak ada alasan menolak Ninis.

“Semua syarat nya sudah terverifikasi, termasuk kesehatan. Karena soal tidak ada yang braille kami meminta kepada yayasan yang bergerak di bidang tuna netra untuk mendampingi untuk membacakan. Tentu juga harus independen,” ujar Hasyim.

Lolos atau tidaknya Ninis menjadi panwas kecamatan, Hasyim menegaskan akan dilihat dari hasil ujiannya bukan karena penyandang tunanetra.

“Kita lihat hasilnya nanti. Karena hak mbak Ninis sama dengan hak warga negara lainnya yang ikut mendaftar. Tidak ada perbedaan. Yang membedakan hanya Mbak Ninis dibantu untuk membacakan soal ujiannya,” kata Hasyim.

(mtd/min)