Piter Simbolon yang merupakan kakek Jessica memegang foto cucunya saat masih hidup. (MTD/bwo)

medanToday.com, MEDAN – Kematian Jessica Kateline Br Sianipar bocah berusia 4 tahun yang meninggal dalam penanganan RSUPH Adam Malik Medan masih misteri.

Kisah bayi mungil dan cantik ini sebelumnya menjadi viral di media sosial dan menaruh perhatian dan simpati banyak netizen

Sampai hari ini, pihak keluarga bocah malang tersebut masih mengharap keadilan. Namun, pihak rumah sakit menurut mereka terkesan lepas dari tanggung jawab.

Mereka menuntut kejelasan soal penyebab kematian bocah perempuan itu. Mereka juga meminta pihak yang bertanggung jawab atas meninggalnya Jessica diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Piter Simbolon yang merupakan kakek Jessica mengungkapkan, awalnya mereka hanya meminta para dokter yang menangani cucunya mengaku bersalah dan minta maaf kepada anaknya (Ibu dari Jessica). Hal itu guna mengantisipasi agar anaknya tidak mengalami depresi.

“Tapi mereka (pihak RSUP H Adam Malik) seperti tidak peduli. Makanya, berarti kami harus bertemu di jalur hukum,” ujar Piter di rumahnya Jalan Sei Asahan No 2, Medan, Jumat (3/11/2017).

Diceritakan oleh Piter, peristiwa yang dialami cucunya Jessica berlangsung pada 23 Agustus lalu. Saat itu mereka datang hanya untuk medical check-up, karena ada masalah pada otot kaki dan sedikit sesak.  Namun nahas, cucunya malah meninggal dunia dan didapati sejumlah kejanggalan.

Kejanggalan yang didapati oleh pihak keluarga yakni sejak  dari penanganan hingga saat melihat kondisi jenazah Jessica.

“Begitu masuk UGD, bocah langsung dikerubungi. Diambil darahnya tanpa izin orangtua. Selanjutnya, dokter menyatakan pada dada atas atau di bawah bahu Jessica harus dipasangi CVC (central venous catheter), alat akses pembuluh vena,” jelas Piter.

Balita Jessica Meninggal usai ditangani dokter RSUP Adam Malik. (Tribun Style)

Alat itu dipasang karena dokter mengaku tidak menemukan pembuluh vena di kaki bocah itu. Menurut dokter yang menangani Jessica, CVC itu dipasang untuk memasukkan obat. “Anak saya diberi surat untuk diteken tanpa sempat membaca. Mereka bilang sudah biasa memasang alat itu, jadi tidak ada masalah. Eh setelah diteken, ternyata alatnya tidak ada,” kesal Piter.

Sebelum dipasangi CVC, Jessica masih sempat bermain handphone. Saat itu keluarga sempat meminta agar pasien dipindahkan ke rumah sakit lain. Namun pihak RSUP H Adam Malik menolak. “Saya minta agar cucu saya dipinjamkan oksigen mereka bilang tidak bisa. Akhirnya cucu saya tetap di rumah sakit itu,” jelasnya.

Berselang Empat jam kemudian, alat CVC yang ditunggu akhirnya tiba. Dokter langsung memasang alat CVC itu di dada sekitar bawah bahu kanan Jessica. Hanya dalam hitungan jam Jessica meninggal dunia.

“Kami sempat lihat mereka memompa dada cucu saya. Boleh jadi remuk dadanya. Mereka juga memaksa pasang alat bantu napas, hingga gigi cucu saya tanggal tiga,” ungkap Piter.

Piter mengungkapkan, dokter yang menangani cucunya langsung kabur setelah kejadian itu. Jasad Jessica pun kemudian dibawa pulang. Sesampainya di rumah duka, keluarga menemukan banyak kejanggalan di tubuh Jessica.

Dimana di bagian dada atas sebelah kanan tubuh bocah itu ditemukan dua bekas luka. Bekas memasang CVC. “Kenapa mesti 2 kali cucuk, berarti yang pertama kan tidak berhasil. Kami menduga ada yang kena,” ucapnya.

Tak hanya itu saja, di kaki Jessica didapati biram. Keluarga menduga darah menyebar di sana. “Selain itu dari hidung cucu saya saat akan dimasukkan ke peti jenazah juga mengucur darah. Pasti ada masalah,” jelas Piter.

Ia melanjutkan, sepekan kemudian dirinya sempat mendatangi RSUP H Adam Malik. Saat itu ia meminta penjelasan dan rekam medis cucunya. Tetapi, apa yang didapatnya tidak memuaskan. “Rekam medisnya baru mau dibuat. Dijanjikan besoknya baru diambil. Besoknya kami hanya diberi resume dengan tanggal mundur. Di dalamnya ditulis kondisi cucu saya buruk. Namun mereka tidak bisa menjelaskan kenapa cucu saya meninggal,” ucap Piter.

Karena tidak mendapatkan penjelasan yang memuaskan, pihak keluarga memutuskan untuk membuat laporan ke Polda Sumut. “Karena mereka tidak mau minta maaf, berarti bukan kehendak Tuhan kami bertemu Adam Malik dengan cara itu. Mungkin ini cara Tuhan agar jangan ada korban lain. Cukup cucu saya yang jadi korban,” tandas Piter.

Sementara itu, pihak manajemen Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik Medan menyatakan siap menghadapi langkah hukum yang ditempuh keluarga Jessica Kateline Br Sianipar.

Kepala Humas RSUP H Adam Malik Masahadat Ginting mengatakan bahwa, pihaknya pun sudah menyiapkan kuasa hukumnya. “Itu sudah ditangani. Kita serahkan kepada kuasa hukum,” kata Kepala Humas RSUP H Adam Malik Masahadat Ginting.

Dirinya pun mengklaim penanganan terhadap Jessica sudah dilakukan dengan baik. “Dia (Jessica) datang dalam kondisi lemah. Kemudian ditangani. Kita sudah sesuai (penanganan). Kondisinya cukup lemah saat kemari,” ujar Masahadat.

Tetapi apa yang dijelaskan Masahadat bertolak belakang dengan pernyataan dari pihak keluarga Jessica. Dimana pengakuan dari Piter Simbolon kakek bocah malang itu menyatakan, cucunya masih bisa bermain saat datang ke UGD RSUP H Adam Malik.

“Jangan mereka memfitnah untuk membela diri,” ucap Piter.

Pria setengah baya ini juga menyatakan, pihak keluarga siap dikonfrontir dengan dokter yang menangani Jessica. Ia berharap polisi bertindak dan menindaklanjuti laporan mereka dengan tanda bukti STTLP/808/X/2017/SPKT “ll” yang dibuat pada 4 Oktober 2017 lalu.

Namun, sepertinya harapan Piter masih jauh dari kenyataan. Pasalnya pihak RSUP H Adam Malik menyatakan mereka belum pernah di-BAP.  Pihak RSUP H Adam Malik pun belum ada yang dipanggil. “Belum ada,” ungkap Masahadat.

Pihak keluarga Jessica menuding ada malapraktik dalam penanganan bocah itu. Kematian Jessica si bocah malang ini pun menjadi viral di media sosial. (MTD/bwo)

========================================================