medanToday.com, ACEH – Sebanyak delapan frame foto tragedi gempa bumi Pidie Jaya (Pijay) dilelang dalam pameran foto ‘712’ yang diselenggarakan oleh Pewarta Foto Indonesia (PFI) Aceh dan PFI Medan, di Taman Putroe Phang, Banda Aceh, Minggu (25/12/2016). Kedelapan foto itu, dibeli oleh delapan orang, dengan total harga mencapai Rp 17.417.000.

Adapun pembeli foto-foto tragedi gempa itu adalah, Plt Wali Kota Banda Aceh, Ir Hasanuddin, calon gubernur Aceh, Tarmizi A Karim bersama istri, Kapendam IM, Letnan Kolonel Kav Rusdi SIP, Karo Humas Setda Aceh, Frans Dellian, Kadisbupdar Aceh, Reza Fahlevi, Zian Mustaqien, Lazuwardi.

 

Mereka membeli langsung foto-foto gempa Pijay karya anggota PFI Aceh itu, di Taman Putroe Phang Usnyiah, Banda Aceh, Minggu (25/12/2016) sore.

Foto-foto itu langsung diserahkan oleh para pemotret kepada mereka yang menghargai dengan harga paling tinggi, setelah proses pelelangan yang dipandu olem MC, Ida Azwan.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, PFI Aceh menggelar pameran foto gempa bumi Pijay selama tiga hari, sejak 24-26 Desember.

Dalam pameran itu, PFI Aceh memamerkan sebanyak 50 frame foto karya anggota PFI Aceh dan selebihnya karya anggota PFI Medan. Foto-foto itu mengisahkan tragedi gempa di tiga kabupaten tersebut, mulai dari tragedi, evakuasi, rekonstruski dan cerita lainnya.

Ketua PFI Aceh, Fendra Tryshanie, dalam sambutan pembukaan pameran foto, Minggu (25/12/2016) mengatakan, acara pameran dan pelelangan foto yang digelar anggota PFI Aceh, selain untuk menggalang dana, juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang bencana bagi masyarakat.

“Kita ingin memberi informasi tentang bencana kepada masyarakat, beginilah daerah kita, cukup rawan bencana baik gempa, longsor, dan bencana alam lainnya,” ujar Fendra.

Fendra dalam kesempatan itu juga menyebutkan, agar masyarakat selalu waspada dengan bencana yang sewaktu-waktu bisa saja terjadi. Ia mengajak semua masyarakat untuk terus menjaga lingkungan dan menjaga bumi yang semakin hari semakin tua ini.

“Ada kutipan begini, ketika pohon terakhir sudah ditebang, ketika ikan terakhir sudah dimakan, di situ kita baru sadar bahwa manusia tak bisa memakan uang,” ujar Fendra.

Ia pun menerjemahkan kutipan itu, menurut Fendra, kutipan itu mengajak manusia untuk terus menjaga dan memelihara lingkungan dan berkontribusi sekecil apapun untuk menjaganya.

“Di akhir sambutan, saya megucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam pemeran ini. Semua dana yang terkumpul dalam pelelangan ini akan kita donasikan untuk korban gempa Pijay, hanya ini yang bisa kita lakukan,” pungkas Fendra.

Acara pameran foto PFI Aceh itu, dibuka oleh Plt Wali Kota Banda Aceh, Ir Hasanuddin. Selain Hasanuddin, pameran itu juga dihadiri oleh dua cagub Aceh, Zakaria Saman atau Apa Karya, Tarmizi A Karim, dan sejumlah masyarakat dari Banda Aceh, Aceh Besar, dan sekitarnya. Dalam sambutan, Plt Wali Kota Banda Aceh menyampaikan apresiasinya kepada anggota PFI Aceh yang telah menyelenggarakan kegiatan tersebut.

“Terima kasih kepada PFI Aceh PFI Medan, semoga dengan pameran ini, bisa menjadi edukasi tentang bencana bagi kita semua. Tentunya, kita berharapa semua saudara-saudara kita di Pijay cepat pulih dari trauma gempa yang telah terjadi,” pungkasnya.

Plt Wali Kota Banda Aceh Menangis

Plt Wali Kota Banda Aceh, Ir Hasanuddin, menjadi salah satu pembeli foto karya anggota PFI Aceh dalam acara pameran tadi sore, ia menghargai foto karya Heri Juanda senilai Rp 5.000.000. Saat menerima foto itu dan menjelaskan mengapa ia membeli foto tersebut, Hasanuddin kemudian megucurkan air mata di hadapan para hadirin.

Sesaat, suasana jadi hening, ia tak sanggup membendung air matanya. “Mengapa saya menangis, karena saya teringat kepada ibu saya melihat foto ini, foto ini luar biasa. Saya sudah tidak punya ibu,” ujar Hasanuddin dengan suara terbata-bata dan terus mengeluarkan air mata.

Foto Heri Juanda itu menceritakan seorang ibu yang sedang duduk di salah satu posko pengungsian di Pidie Jaya. Foto itu diperkuat dengan teknik pengambilan oleh Heri Juanda, di mana ibu tersebut hanya terlihat bagian mata dan sedikit wajahnya.

“Hanya bagian wajah yang nampak karena ada sedikit cahaya yang masuk. Mungkin bisa diberi judul masih ada secercah cahaya, artinya adalah meski dilanda musibah masih ada harapan untuk terus melanjutkan hidup ini,” pungkas Heri Juanda. (mtd/ril)

==================