#WarungKopi – Paling menarik dari semua rentetan kisah tentang Setya Novanto adalah sensasi yang mengikutinya. Para penikmat sensasi itu, kemudian dibawa ke dalam nalar yang tidak lagi sehat.

Andai saya seorang sutradara atau penulis naskah film. Saya akan merasa bingung menulis akhir dari cerita heboh tentang Novanto yang banyak orang bicarakan di warung-warung kopi, ragam media sosial dan diskusi-diskusi kampus soal korupsi beberapa waktu terakhir ini.

Pertimbangannya tentu, kisah tersebut harus mampu memuaskan penikmat sensasi cerita yang mengikutinya, Apalagi harus diakui kisah Novanto adalah kisah (mantan) tersangka yang amat menarik.

Jika anda adalah seorang penggemar serial kartun Tom & Jerry, Anda akan menemukan kisah tentang seekor kucing (Tom) dan seekor tikus (Jerry) yang selalu bertengkar dan tidak pernah akur.

Tom sangat cepat marah dan mudah tersinggung karena terbiasa hidup dalam kemapanan majikannya. Sementara Jerry dikisahkan sangat pandai mengambil kesempatan. Ada yang unik dari pesan yang disampaikan sutradara film tersebut pada penikmat.

Kebanyakan orang selalu berharap Jerry (Tikus) akan selalu menjadi pemenang dan Tom (Kucing) adalah pihak yang menjadi pecundang.Berbanding terbalik dengan cerita di serial kartun Tom & Jerry.

Kita amat lebih menyayangi kucing dibandingkan tikus dan berharap tikus-tikus di rumah akan habis ditangkap atau dimakan kucing.

Dalam kisah nyata, kita amat lebih menyayangi kucing dibandingkan tikus. Lebih lagi, bila kedua makluk itu,berada di rumah tempat kita tinggal. Kita selalu berharap tikus-tikus di rumah akan habis ditangkap atau dimakan kucing.

Soal Novanto, saya pun bingung menempatkan beliau dalam narasi sebuah cerita. Apakah sebagai tokoh antagonis layaknya Tom atau tokoh protagonis seperti Jerry dalam serial kartun Tom & Jerry.

Kita bisa bayangkan bagaimana kelihaian Novanto dalam setiap gerak langkahnya akir-akhir ini, dari 11 kali pemanggilan KPK, Novanto hanya memenuhi panggilan 3 kali. Lebih lagi, beberapa waktu yang lalu Bersamaan saat KPK menetapkannya sebagai tersangka E-KTP, tiba-tiba Novanto masuk rumah sakit dan menjalani perawatan di Rumah Sakit (RS) Premier, Jakarta Timur pada Minggu, 17 September 2017 yang lalu.

Saat itu, Novanto dikabarkan pingsan saat berolahraga. Dokter saat itu mendiagnosa Novanto terkena penyakit vertigo. Namun, setelah Novanto berhasil bebas melalui proses pra-peradilan, dirinya pun sehat kembali. Berbagai meme pun berseliweran dari Warganet tentang “kesaktian” Novanto.

Satu kalimat yang menggelitik perut saya adalah tulisan Warganet yang menulis “Pak Setya Novanto nonton Pengabdi Setan, setannya mengabdi sama pak Setya Novanto”.

Kali ini, Novanto masuk rumah sakit setelah dirinya ditetapkan kembali tersangka oleh KPK. Namun, sakitnya Novanto disebabkan kecelakaan yang menimpanya pada Kamis malam, 16 November 2017 sekitar pukul 19.00 WIB saat akan memenuhi panggilan KPK.

Saat itu, menurut pengacaranya Novanto yang mengendarai mobil Fortuner menabrak tiang listrik hingga menyebabkan benjolan sebesar “bakpao” di kepalanya dan Novanto berpotensi Gegar Otak dan Amnesia (hilang ingatan).

Tak jauh beda dengan reaksi warganet saat menang pra-peradilan, saat ini Netizenpun beramai-ramai menuntut agar Tiang Listrik yang di tabrak Novanto secepatnya minta maaf.

Sebagai penikmat kisah Novanto, layaknya kita sangat menikmati serial kisah Tom & Jerry. Sejujurnya, kisah tentang Novanto sangat menghibur, Kira-kira bagaimana sebaiknya akhir dari kisah Setya Novanto ini ?

Atau kita ingin dirinya bebas lagi layaknya Jerry yang selalu lepas dari kejaran Tom ?

================
Penulis: Anwar Saragih | Editor Medan Today juga merupakan Dosen Luar Biasa Ilmu Politik USU