“Suka kalianlah mau cemana kalian buat cara memenangkan awak. Taunya awak diolah sebenarnya, tapi sor awak”.

Namanya juga udah siap tempur di Pilkada, kalau udah jadi calon gubernur ini apalagi untuk sebesar Provinsi Sumatera Utara. Gak pala awak pikirkan kali kalau soal dana. Berapapun itu, kan kalian tau cemana aku.

Cok kalian baca berita-berita politik dulu, biar gak apa kali. Nanti apa pula, entah apa-apa isi berita sekarang. Apa kalilah pokoknya.

La Nyalla cerita-cerita soal Rp 40 miliar untuk mahar Pilkada Jatim ke media, itu aku gak pikirkan kali. Biasa ajanya itu.

Sandiaga Uno yang mengaku menghabiskan uang sekitar Rp 100 miliar untuk Pilkada DKI Jakarta kemarin, ya memang gitulah. Namanya juga banyak duit untuk bertarung. Atau kalau ada waktu, coba kalian dengar apa kata Prabowo soal Pilkada,  kalau uang Rp 300 miliar untuk Pilgub itu masih paket hemat.

Kalau udah ginikan pahamlah kaliankan, udah banyak proposal-proposal yang kuterima entah dari siapa-siapa. Mulai dari ketua-ketua yang entah dari mana-mana aja mulai dari ketua kelompok belajar sampai ketua kelompok dam batu, relawan-relawan yang ujung-ujungnya minta jadi komisaris BUMD-lah, sampe tukang bongak yang semua kerjaannya tak jelas pun kuterima.

Asalkan satu permintaanku sama kalian, tukang olah sebangsa dan setanah air. Jangan nanti udah habis awak sampe Rp 100 miliar, tak terpilih pulak awak. Kalau gitu ceritanya, GOL nanti kalian semua kubuat.

Cemana gak gol, asal dikasih tugas dikit. Kalian jawab “Siap ketua, aman itu ketua, apa yang gak bisa ketua”. Cepat kali muncung kalian itu bilang aman.

Kalau terlambat aja sikit tugas yang harus kalian kerjakan, kalian minta-minta tugas, yang arahanlah, yang petunjuklah, yang perintahlah. Semua kalian bilangi. Taunya awak kalau uang jalan itu perlu, kan gak mungkin minyak di isi pake air parit pula. Kalau itu udah gawat kali itu.

Sabarlah dulu kalian ya, kalau udah tenang dikit pikiranku barulah kuselesaikan semua proposal itu. Kalian tau sendirinya cemana, masih sibuk aku sama urusanku selama ini.

Sakit juga kepala mengurus urusan partai sampe lobi ke pusat sana, taunya kalian pusat? bukan pusat perut kau itu. Tapi kalau udah pusat namanya, apalagi urusan partai, itulah Jakarta itu. Semua diurus dari sana, gak ada lagi wewenang pengurus partai di daerah ini.

Belum lagi aku harus tes kesehatan, psikotes sampe urusan lain. Yang kalian pikirnya itu gak memakan pikiran juga.

PESTA DEMOKRASI , Pestanya Para Tukang Olah…

Yaudah gini ajalah, kalian kerjain ajalah dulu program yang kalian usulkan itu. Kalian duluankan dulu uang kalian. Spanduk, kaos sama uang jalan nanti kukasih sekalian.

Ini serius, bukan janji-janji politik ini. karena gak bisanya awak ke ATM sekarang, ada batas penarikannya. Kalau ke bank sekarang gak bisa, hari Sabtu ini. Besok Minggu pula, pokoknya “Pakdullah, Pake dulu”.

Udah dululah, gak usah banyak cerita kita di sini. Udah malam pulak ini, besoklah kalian kuhubungi lagi cemana kelanjutan cerita ini. Pokoknya kerja aja dulu, kalau nanti kalau bagus kutambahi pun uangnya untuk rokok dan kopi kalian.

Apalagi kalau menang nanti aku, suka kalian mau tidur di mana. Mau dekat rusa-rusa rumah gubernur itupun kalian tidur, gak masalah buat aku. Asal sor kalian.

Oke ya….besoklah lagi cerita-cerita kita.

(Akhirnya calon gubernur yang dulunya mantan tukang olah pun menutup pintu dan memejamkan mata)

Ini adalah kisah tukang olah yang sukses dan menjadi calon Gubernur Sumut 27 juni 3018, kira-kira 1.ooo tahun dari waktu yang ditetapkan untuk Pilgub Sumut nanti.

Jangan serius kali lek, kuolah pula kau nanti….

======================