Ilustrasi (www.bu.edu)

medanToday.com, MEDAN – Warga yang terjangkit HIV/AIDS di Aceh dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2004 dulu, hanya ditemukan satu kasus dan terus terjadi peningkatan signifikan hingga 2017 terdapat 113 kasus. Jumlah tersebut belum lagi kasus yang belum ditangani oleh petugas akibat tidak melaporkan.

Seluruh kabupaten/kota di Provinsi Aceh saat ini dinyatakan tidak ada yang terbebas dari virus HIV/AIDS. Banda Aceh menjadi daerah yang paling tinggi terjangkit virus yang mematikan itu.

Berdasarkan data yang dirilis Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh, jumlah warga yang terjangkit virus HIV/AIDS sejak tahun 2004 hingga 2017 terus mengalami peningkatan. Diperkirakan ada 1300 kasus terjangkit HIV/AIDS di Aceh, baik yang sudah tertangani maupun masih belum menjalani konseling dan pengobatan.

Sedangkan jumlah yang sedang ditangani oleh Klinik Konseling dan Tes Suka Rela Dinkes Aceh sebanyak 632 kasus dari 1300 kasus. Sedangkan sisanya 668 kasus belum mendatangi petugas, sehingga ini menjadi ancaman terjadi penularan karena belum menjalani konseling dan pengobatan.

“Estimasi HIV/AIDS ada 1300 kasus, yang baru kita temukan 632, artinya masih ada hampir separuh belum kita temukan. Memang dari tahun ke tahun kasus terus meningkat, harapan sisanya itu bisa kita temukan, supaya dikonseling dan obati,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Aceh, Abdul Fatah di Banda Aceh, Selasa (6/3).

Sementara, Banda Aceh merupakan kota tertinggi terjangkit HIV/AIDS mencapai 77 kasus, disusul Aceh Utara 76 kasus, peringkat ketiga Aceh Tamiang 63 kasus. Sedangkan peringkat keempat di Aceh Kabupaten Bireuen 50 kasus, disusul Kota Lhokseumawe 44 kasus, Pidie 37 kasus, Kota Langsa 36 kasus, Aceh Besar dan Aceh Tenggara 33 kasus dan posisi peringkat ke sepuluh terbanyak kabupaten Aceh Timur 30 kasus.

Sedangkan kabupaten lainnya di Aceh ditemukan di bawah 20 kasus dan kabupaten Aceh Jaya merupakan daerah yang paling sedikit ditemukannya terjangkit HIV AIDS, yaitu hanya ditemukan 3 kasus.

Mengenai persentase antara HIV dan AIDS selama 2004-2017 yaitu 34 persen terjangkit HIV dan 66 persen adalah AIDS. Laki-laki yang paling tinggi terjangkit HIV AIDS mencapai 65 persen, perempuan hanya 35 persen.

Persentase antara hidup dan mati, saat ini di Aceh tergolong persentase hidup masih tinggi mencapai 74 persen, sedangkan yang meninggal dunia hanya 26 persen.

“Umurnya bervariasi, umurnya terbanyak usia produktif antara 20-45 tahun, itu yang terbanyak,” jelasnya.

Menurut Abdul Fatah, mayoritas terjangkitnya HIV/AIDS di Aceh akibat dari hubungan seks bebas. Meskipun ada juga yang tidak melalui seks bebas, bisa saja terjangkit dari orang lain, biasanya dalam satu keluarga.

Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah Aceh telah memperbanyak akses dan melatih petugas Puskesmas bisa mengatasi dan memberikan konseling. Sehingga bisa dilokalisir agar tidak menular kepada orang lain.

“Bila ada yang mempunyai gejala untuk mendatangi Klinik Konseling dan Tes Suka Rela, dan beberapa Puskesmas dan rumah sakit sudah kita latih, upaya itu secara bertahap memperbanyak puskesmas dan rumah sakit agar bisa mengobati dan konseling yang terjangkit HIV,” jelasnya.

Abdul Fatah mengajak seluruh warga Aceh, bila ada merasa gejala terjangkit HIV/AIDS, agar tidak segan-segan mendatangi rumah sakit atau klinik yang telah disediakan oleh pemerintah.

Kepada masyarakat secara umum, Abdul Fatah juga meminta yang telah terjangkit HIV/AIDS agar tidak didiskriminasi. Mereka harus dirangkul agar mau menjalani konseling dan pengobatan untuk upaya pencegahan terjadi penularan kepada pihak lain.

“HIV tidak semua hubungan seks, memang umumnya hubungan seks, saya berharap semua kita meningkatkan ketahanan keluarga, keluarga yang harmonis, saling setia, orangtua menjaga anaknya tidak melakukan perilaku yang bisa terjangkit HIV,” ujarnya.(mtd/min)

============