Sejumlah warga menerobos genangan air yang membanjiri kawasan pemukiman mereka di Jalan Panegara, Padang Bulan, Medan,kemarin. MTD/Dedis SJ

medanToday.com, MEDAN – Berdasarkan data yang diunggah Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana Kota Medan pada Rabu pukul 24.30 WIB, sungai di Kota Medan seperti Sungai Babura, Sungai Deli, Sungai Denai, Sunggai Sunggal dan lainnya mengalami peningkatan tinggi muka air di kisaran 20 cm hingga 130 cm.

Kenaikan permukaan air bahkan menyebabkan beberapa rumah di bantaran Sungai Babura bergoyang, hal ini dikarenakan tiang pondasi rumah diterjang arus air Sungai Babura.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan Arjuna Sembiring membenarkan, seluruh sungai di Kota Medan mengalami peningkatan tinggi muka air, yakni di kisaran 20 cm hingga 130 cm.

Hal ini tak hanya disebabkan tingginya curah hujan di Kota Medan, melainkan daerah lain yang menjadi hulu aliran sungai.

“Saat ini seluruh DAS (Daerah Aliran Sungai) mengalami peningkatan TMA (Tinggi Muka Air). Ini terjadi bukan hanya karena intensitas hujan yang tinggi di sini. Tapi kalau di Karo juga hujan, DAS sungai di Medan juga bisa tinggi,” ucap Arjuna, Kamis (21/9/2017).

Pihaknya belum dapat memastikan kapan DAS dapat surut. Menilik hal ini, BPBD Kota Medan pun menyiagakan tiga perahu karet.

“Kami (BPBD Medan) punya lima dan saat ini sudah disiagakan tiga perahu karet. Mudah-mudahan tak ada peningkatan DAS yang cukup tinggi, kalau pun bencana alam ini terjadi maka kami akan meminta bantuan peralatan tambahan ke Basarnas,” sambungnya.

Saat ini, ada 13 kecamatan di Medan yang rawan terjadi bencana banjir dan angin puting beliung, Arjuna lantas meminta pihak kecamatan melakukan sosialisasi kepada seluruh warga yang tinggal di titik rawan bencana, seperti di sepanjang bantaran sungai.

“Saya tak ingat data lengkapnya. Mayoritas di Medan Utara (Kecamatan Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan, dan Medan Belawan). Selain itu beberapa kawasan di Kecamatan Medan Johor, Petisah, Maimoon, Denai, Selayang, Polonia dan Amplas juga masuk dalam kategori rawan,” pungkasnya.

Sri Rezeki seorang warga yang sudah belasan tahun tinggal di bantaran Sungai Babura berkeinginan pindah dari kediamannya saat ini.

Ia merasa tak nyaman tinggal di bantaran Sungai Babura lantaran takut air sungai meluap dan menenggelamkan seluruh barang-barangnya.

“Saya mau pindah, tapi kemana? Kami gak punya uang untuk menyewa rumah. Kalau pemerintah mau kasi rumah gratis saya ucap terima kasih,” jelas Sri kepada www.tribun-medan.com di bantaran Sungai Babura Jalan Kejaksaan Medan, Kamis (21/9/2017).

Baca: Gedung Masyarakat Minang Diteror Orang Misterius Pakai Kepala Babi, Kapolda Langsung ke TKP

Hal yang sama turut disebutkan A. Iwan, namun ia mengaku ada juga masyarakat yang tak ingin pindah.

“Kalau saya mau pindah. Tapi yang lain ada juga yang gak mau. Di sini kan pusat kota, walau terkadang bahaya tapi ada juga yang merasa nyaman,” ucap Iwan.(MTD/min)

========================================================