5 Warga Jadi Korban Trafficking, Dedi Mulyadi Koordinasi Dengan Kemlu

Ilustrasi Human Trafficking.Merdeka.com

medanToday.com, PURWAKARTA – Lima warga Purwakarta dikabarkan menjadi korban human trafficking dan saat ini berada di China. Mereka bahkan disiksa serta disekap di salah satu apartemen oleh di negeri tirai bambu it.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi berkomitmen turut berupaya memulangkan ke-limanya. Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat segera berkomunikasi dengan pihak Kemenlu RI.

“Kendalanya operasionalnya apa untuk memulangkan mereka. Setelah ini saya akan ke Kemenlu RI untuk pendalaman data,” kata Dedi, Sabtu (28/7).

Jika diperlukan, Dedi siap berangkat langsung ke China. Seluruh potensi, kata dia, akan dimaksimalkan demi kepulangan seluruh korban. “Kalau harus ke China kita siap kok, yang penting semua bisa pulang dan berkumpul kembali dengan keluarga,” ucapnya.

Pada Jumat (27/7) kemarin. Dedi sempat bertemu dengan dua keluarga dari lima wanita yang diduga menjadi korban perdagangan manusia itu. Ia berusaha menggali keterangan atas kasus tersebut.

Lima wanita asal Purwakarta yanh menjadi korban human trafficking Ke-lima nya masing – masing Y (28), DF (26), VN (20), CEP (23), serta satu di antaranya masih berusia di bawah umur yaitu MRD, warga Kampung Pasanggrahan, Desa Cilegong, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta yang masih berusia 16 tahun.

Nur Hidayat (53) dan Lismawati (50) masih menunggu kepulangan anaknya, MRD (16) dari China. Anak ketiga pasangan suami istri itu diketahui menjadi salah satu korban ‘human trafficking’ atau penjualan manusia.

Awal mula, MRD mengaku kepada kedua orang tuanya akan bekerja sebagai SPG kecantikan di Jakarta. Pengakuan ini diperkuat temannya cinanya, Thjiu Djiun Djun alias Vivi. Dia sempat menjelaskan detail pekerjaan yang akan dilakoni MRD.

“Saya sempat ngobrol melalui telepon dengan Vivi. Bilangnya kerja jadi SPG kecantikan,” kata Nur Hidayat.

Perasaan kaget dialami Nur Hidayat saat mengetahui MRD berada di Cina. Anaknya itu mengaku telah menikah kontrak dengan warga Tiongkok. Padahal, MRD diketahui masih di bawah umur dan belum memiliki Kartu Tanda Penduduk atau KTP dan Paspor.

“Saya kaget, kok berada di Cina dan menikah dengan orang sana. Anak saya itu belum punya KTP apalagi Paspor,” katanya.

Nur Hidayat saat ini hanya bisa bolak balik ke Mapolda Jabar untuk mengetahui kelanjutan proses pemulangan anaknya. Pihak KBRI Tiongkok pun sudah menghubungi keluarga, akan tetapi belum ada tindakan lebih lanjut.

Para tersangka yang diduga merupakan bagian dari sindikat organisasi perdagangan manusia kini telah ditahan Polda Jabar. Mereka adalah Thjiu Djiun Djun alias Vivi, Yusuf Halim alias Aan dan Guo Changshan. Sementara satu orang lagi Then Mui Khiong masih dinyatakan buron.

“Ke Polda sudah beberapa kali. Komunikasi dengan pihak KBRI juga sudah, tetapi belum ada langkah soal pemulangan anak saya. Harapannya sih, anak saya cepat bisa pulang,” tutur Nurhidayat.

Senada dengan Nur Hidayat, Ai (55) ibu dari DF (26) juga menanti kepulangan anaknya. Menurut keterangannya, MDR dan DF merupakan dua orang sahabat sepermainan. Mereka sering berkumpul di kediaman Ai, di Kampung Cihideung, Kelurahan Ciseureuh Purwakarta.

Saat bertemu dengan Vivi, Ai mendapatkan penjelasan tentang kawin kontrak. Menurut dia, anaknya akan dinikahi warga Tiongkok dengan gaji per bulan. Selain itu, DF akan diperbolehkan pulang tiga bulan sekali.

“Kenyataannya anak saya malah disekap dan tidak boleh pulang. Gaji yang dijanjikan Rp5 Juta per bulan pun tidak ada,” jelasnya.

Fakta mengejutkan pun terungkap dari keterangan Ai. Dia menuturkan MRD dan DF dijual dengan harga Rp400 Juta kepada warga Tiongkok. Kondisi mereka berdua di negeri tirai bambu itu sangat memprihatinkan.

“Kalau ingin makan atau ke toilet harus izin penjaga. Kalau tidak mau melayani Chinanya, mereka pasti disiksa secara fisik dan psikologis, terang Ai. (mtd/min)

=========================