Sejumlah petugas memindahkan kardus yang berisi alat kesehatan untuk penanganan COVID-19 dari Shanghai, China yang diangkut pesawat C-130 Hercules TNI AU dari Skadron Udara 32 Wing Udara 2 Lanud Abdulrachman Saleh Malang setibanya di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (23/3/2020). Bantuan alat kesehatan untuk penanganan COVID-19 dari Shanghai, China tersebut terdiri dari disposable mask, masker N95, alat pelindung diri, kacamata pelindung, sarung tangan, pelindung sepatu, hingga termometer infrared. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

medanToday.com,JAKARTA – Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) merespons tudingan Menteri BUMN Erick Thohir soal keberadaan mafia besar dalam impor alat kesehatan di tengah pandemi virus corona.

Persi mengaku kesulitan mendapatkan alat kesehatan dalam jumlah yang diinginkan pada situasi darurat covid-19 seperti saat ini.

Alat-alat kesehatan yang dimaksud Persi adalah instrumen atau apapun berdasarkan Permenkes yang tidak mengandung obat yang bisa digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan, merawat, dan lain sebagainya.

“Kami di rumah sakit kebutuhan melonjak sangat tinggi saat covid-19. Saya enggak tahu apakah karena itu, sehingga susah mencarinya. Yang kami rasakan dalam dua bulan terahir ini tidak mudah mendapatkan jumlah yang kami minta untuk kebutuhan rumah sakit, yang paling repot contohnya masker N95,” ujar Sekretaris Jenderal Persi Lia Gardenia Partakusuma.

“Kami tahu bahwa ini dibutuhkan garda terdepan. Ini agak susah, artinya bukan hanya barangnya terbatas atau bersaing dengan rumah sakit,” ucap Lia.

Lia tidak menampik, kesulitan mendapatkan jumlah alkes yang dibutuhkan membuat setiap rumah sakit saling bersaing mendapatkan alat-alat tersebut.

Lia menuturkan rumah sakit yang membayar lebih dahulu adalah yang bisa mendapatkan alat-alat tersebut. Di luar masalah kuantitas, harga yang melonjak karena tingginya permintaan juga merepotkan Persi.

“Kalau rumah sakit kan agak repot. Karena sekarang ini rumah sakit seolah-olah harus menyiapkan uang tunai,” tutur Lia.

“Satu hal lagi yang paling repot adalah soal harga. Harga ini kelihatannya bisa berlipat ganda tingginya. Apakah karena permintaannya tinggi sehingga barang sedikit. Jadi, siapa cepat dia dapat,” kata Lia melanjutkan.

Persi sendiri tidak bisa berbuat banyak soal belum terpenuhinya kebutuhan alat-alat kesehatan ini karena alasan bahan baku yang berada dfari luar negeri. Persi bersyukur bantuan dari pemerintah maupun donatur bisa sedikit membantu meskipun belum memenuhi kebutuhan.

“Kelihatannya, menurut saya, kebutuhan yang meningkat pesat itu yang menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan yang kita minta,” ujar Lia.

Sebelumnya melalui Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menjelaskan, Menteri BUMN Erick Thohir menyentil soal industri alkes dalam negeri yang kekurangan bahan baku karena mafia besar baik global maupun lokal.

======================