Apa cari, kakk… Sini singgah, kak.
Masuk aja dulu, bang…ada warna, sayang.
Tengok-tengok aja dulu kak….
Paduan suara “Apa Cari, Kaakk” seakan menjadi ringtone yang wajib berbunyi ketika kita memasuki Pasar Petisah, Medan. Wajib ya wajib. Terkadang dikombinasikan dengan panggilan “sayang”, yang mungkin berhasil membuat seseorang membusungkan dada dan tersipu. Ya, mungkin di tempat lain tidak ada yang memanggil “sayang” kepadanya (read:Jomblo).
Entah tahun berapa “Apa Cari, Kak” ini bermula. Dan lekas menjamur. Hampir setiap toko punya “penyanyi” khusus untuk disiapkan menyambut pembeli yang berjalan di antara lorong yang sempit di Petisah. Intonasinya hampir sama, bernada sopran khas wanita. Sebab jarang kaum laki yang menyebutkannya. Mungkin khawatir, pembeli malah kabur kalau ada laki-laki yang ngomong “Apa Cari, Kak…”.
Geli. Aku pernah mencoba menebak-nebak nada apa yang mereka mainkan ketika menyebut “Apa Cari, Kak..”. Rumit. Aku mensimulasikan “A PA CA RI KAK “dengan not angka “LA LA SI LA FA” (6 6 7 4). Mirip mungkin. Tapi tak sama.
Ah, sudahlah. Ini memang bukan tentang Petisah dan “Apa Cari, Kak”. Ini tentang kedatangan dua wanita tercantik di negeri ini. Dalam waktu dekat, Ibu Iriani Jokowi dan Ibu Mufidah Jusuf Kalla kabarnya akan berbecek ria di jalanan Pasar Petisah.
Baca Juga : Istri Jokowi Mau Datang, Pasar Petisah Mendadak Dibenahi
Becek?
Kayaknya sih enggak. Itu potret Petisah dua-tiga hari lalu dan tahun-tahun sebelumnya. Kalau kemarin dan hari ini, beda. Bagaimana tidak, duo Wakil Wali Kota Medan dan Wali Kota Medan langsung turun ke arena beceknya jalanan Petisah. (Kenapa Wakil Wali Kota yang disebut duluan? Karena dia belakangan lebih terkenal akibat eksis dan cerewet di media sosial). Panik. Tunjuk sana, tunjuk sini. Teriak sana, teriak sini.
Abrakadabra, Petisah disulap menjadi kinclong. Jalanan berlubang ditambal. Lapak penjual dirapikan alias diungsikan. Aku yakin benar, saat ini Roro Jonggrang sedang menangis. Usahanya membangun Candi Prambanan dikalahkan tenaga Satpol PP Kota Medan yang lebih ligat merias Petisah.
Asal Ibu Iriana dan Mufidah senang. Mungkin, pasti, itu yang ingin diperlihatkan pimpinan Kota Medan. Jadi jangan kaget kalau besok-besok bunga segar yang ada di Brastagi sana juga bisa tiba-tiba tumbuh dan mekar semerbak mewangi di atas trotoar yang biasa dipakai berjualan oleh pedagang Petisah.
Bu Iriana datang. Pedagang mengumpat. Warga Medan mengeluh. Kenapa ke Petisah? Coba ke Pasar lain aja, Bu. Lihat semrawutnya Pajak Melati alias Pamela yang saban hari bikin macet. Parkiran di jalan raya. Jualan pun di jalan raya. Coba singgah di sana, Bu. Barangkali berminat beli Monza.
Baca Juga : Petisah Mendadak Rapi, Pemko Medan Banjir Sindiran
Coba juga ke Pasar Sukarame dan Pasar Aksara, bu. Ini pasar dua-duanya dulunya berwarna hitam alias terbakar. Lihat penanganannya, bu. Tak terurus. Sama tak terurusnya dengan bekas galian selokan yang kabarnya dijagokan akan memperoleh rekor sebagai bekas galian terpanjang se-Indonesia !
Apa yang ibu cari di Petisah, bu?
Kalau cuma meninjau, jangan lah bu. Kalau cuma melihat percontohan pasar tradisional yang direvitalisasi, kayak program Pakde, gak layak bu.. Di Medan banyak pasar. Tiru Pak Jokowi ya, bu. Keliling lah ke mana ibu suka. Ada banyak pasar yang bisa menjadi cerminan semrawutnya penataan pasar di Medan.
Aku sih penasaran. Mau lihat itu Tulang Wakil Wali Kota Medan bakal ngoceh apa lagi di Facebook kalau Bu Iriana udah lihat pasar-pasar yang “disembunyikan”
Pasar Petisah hari ini beda. Ibarat buah dada. Ia kini penuh, melengkung sempurna, mencuat meski tidak besar. Besok, setelah ibu pulang, yakinlah… Petisah sebenarnya mirip pepaya kisut. (mtd/yuna)