Kasus Hoaks Ratna Sarumpaet Harus Jadi Pelajaran Politisi Mengedepankan Kejujuran

Grace Natalie di Bareskrim. Merdeka.com

medanToday.com, JAKARTA – Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Grace Natalie, mengimbau para politisi mengedepankan kejujuran dalam berpolitik di Indonesia. Terlebih setelah kebohongan penganiayaan dialami aktivis Ratna Sarumpaet yang langsung direspons kubu Capres-Cawapres Prabowo-Sandiaga.

“Kita yang bergerak dalam dunia politik harus tegas menegakkan kejujuran. Kasus Bu Ratna Sarumpaet mengajarkan kita bahwa kebohongan walau mungkin dipercaya untuk sesaat, tapi pada akhirnya hanya menghancurkan dan memecah-belah,” kata Grace dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (5/10).

Grace mengaku prihatin dengan kebohongan yang disampaikan Ratna. Namun juga menyayangkan sikap terburu-buru kubu Capres-Cawapres Prabowo-Sandiaga yang dengan segera memanfaatkannya untuk menyerang kubu Capres-Cawapres Jokowi-Ma’ruf Amin.

“Dalam dunia yang penuh hoaks saat ini, prinsip cek dan ricek mutlak diperlukan. Keterburu-buruan yang dilandasi sikap emosional berlebihan justru merugikan semua pihak,” ujar Grace yang pernah menjadi jurnalis di media terkemuka ini.

Di satu sisi Grace, mengapresiasi sikap kepolisian yang langsung melakukan penyelidikan sehingga kasus kebohongan tersebut terbongkar. Sebab menurut Grace, apabila kasus tersebut berlarut dibiarkan bakal menjadi bola panas di masyarakat.

“Bayangkan kalau rakyat benar-benar menyangka bahwa Bu Ratna memang dianiaya secara sadis. Tidakkah itu akan menimbulkan kemarahan dan bahkan pembalasan berbentuk serangan fisik? Ngeri saya membayangkan berlangsungnya konflik horizontal dalam masyarakat yang saat ini memang sensitif secara politik,” ujar Grace.

Oleh karena itu, Grace mengimbau semua pelaku politik untuk senantiasa mengedepankan kepentingan bangsa dalam suasana menjelang Pileg dan Pilpres 2019. Termasuk ketika memberikan pernyataan mengenai suatu permasalahan.

“Kita, para pelaku politik, sedang berada dalam sorotan masyarakat. Apa yang kita lakukan akan dijadikan rujukan oleh masyarakat luas. Kalau kita membenarkan dan bahkan menyebarkan kebohongan, kebencian, fitnah; itu akan langsung berdampak pada perilaku masyarakat,” kata Grace.

Grace pun mengajak semua pihak untuk berkonsentrasi pada perumusan tawaran langkah untuk menyejahterakan masyarakat. “Mari bersama menjadikan proses pemilu untuk kepentingan masyarakat luas, bukan untuk kepentingan politik sempit yang menghalalkan segala cara,” pungkas Grace.

Sebelumnya diberitakan, kabar terkait penganiayaan yang dialami Ratna Sarumpaet sempat viral dan menghebohkan masyarakat. Calon Presiden sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bahkan sempat geram setelah mendapat laporan terkait penganiayaan tersebut.

Namun kabar itu perlahan terungkap. Polisi menemukan fakta lain. Polisi tidak menemukan jejak penganiayaan Ratna di Bandung, Jawa Barat pada 21 September 2018 sebagaimana informasi yang berkembang.

Polisi justru menemukan fakta bahwa Ratna tengah berada di salah satu klinik di Jakarta. Ibunda artis Atiqah Hasiholan itu disebut-sebut tengah menjalani operasi plastik di klinik tersebut.

Kebohongan itu akhirnya diakui Ratna Sarumpaet. Dia mengaku telah berbohong terkait penganiayaan yang dialaminya. Dia juga membenarkan telah melakukan perawatan di klinik tersebut.

Dalam kasus ini, Ratna dijerat dengan Pasal 14 dan Pasal 15 UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana. Selain itu, dia juga dijerat dengan Pasal 28 juncto Pasal 45 UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Penetapan tersangka Ratna Sarumpaet setelah polisi menerima laporan dari masyarakat terkait kebohongan penganiayaan dialaminya. Selain Ratna, sejumlah politisi dilaporkan terkait kasus tersebut. (mtd/min)

 

 

=================================