medanToday.com, JAKARTA – Pernahkah terlintas di benak Anda, mengapa jarang terlihat lantai 13 di sebuah hotel? Jawabannya sederhana: lantai tersebut sengaja dibuat tidak ada.

Dilansir dari Travel and Leisure, hal tersebut berawal dari ketakutan terhadap nomor 13 atau disebut triskaidekaphobia.

Fobia terhadap angka 13 bukanlah semata-mata ketakutan kecil yang membuat orang menghindari keluar di hari Jumat tanggal 13. Melainkan sebuah ketakutan yang memicu seseorang merasakan kegelisahan akut saat melintasi angka “keramat” tersebut.

Melihat hal tersebut, banyak hotel-hotel yang mempertimbangkan untuk melewatkan lantai 13 demi meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan.

Mungkin langkah tersebut telihat sepele. Namun berdasarkan Gollup Poll pada tahun 2007, kebetulan 13 persen responden mengatakan bahwa mereka merasa tidak nyaman saat tinggal di lantai 13 sebuah hotel.

Secara rasional, tentu hotel yang memiliki lantai di atas 12 tentu memiliki lantai 13. Namun untuk menyiasati hal tersebut, umumnya hotel akan menyingkirkan angka 13 dan menamainya dengan angka dan istilah lainnya.

Ilustrasi lift Hotel tanpa lantai 13.(michaelmjc/Getty Images)
Ilustrasi lift Hotel tanpa lantai 13.(michaelmjc/Getty Images)

Misal, banyak bangunan di Kota New York yang mengganti angka 13 dengan “12B” atau “14A”. Sebuah survei yang dilakukan oleh CityReality menemukan bahwa dari 629 bangunan kondominium yang terdaftar memiliki 13 lantai atau lebih, hanya 55 bangunan yang benar-benar menamai lantai 13.

Itu berarti 91 persen bangunan lainnya menamai lantai 13 dengan istilah lainnya untuk mengurangi esensi “menyeramkan”, dengan harapan bisa menarik calon pembeli ataupun penyewa.

(mtd/min)