MUI: Ini Merupakan Tragedi Kemanusiaan

Salah seorang balita korban Gereja Oikumene bernama Intan Marbon (2,5 tahun) yang menderita luka paling parah dibawa ambulans untuk dirujuk Rumah Sakit AW Sjahranie Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11). Ledakan bom itu menyebabkan lima orang terluka yang semuanya merupakan masih anak-anak, empat diantaranya mengalami luka bakar parah, sementara seorang terduga pelaku peledakan berhasil ditangkap warga. ANTARA FOTO/Amirulloh

SAMARINDA,MEDAN TODAY.com – Intan Marbun, balita berusia 2,5 tahun meninggal saat menjalani perawatan di rumah sakit. Intan merupakan korban aksi pelemparan bom molotov di depan Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyampaikan bela sungkawa.

“MUI mengucapkan bela sungkawa atas korban meninggal dunia peristiwa bom molotov di depan Gereja Samarinda. Ini merupakan tragedi kemanusiaan yang sangat menyedihkan,” kata Wakil Ketua MUI Pusat Zainut Tauhid saat dihubungi detikcom, Senin 14 November 2016.

MUI mengecam aksi-aksi terorisme yang mengatasnamakan agama. Islam menurut Zainut adalah agama yang mengajarkan perdamaian.

“Islam adalah agama rahmatan lil alamin (rahmat bagi semesta alam-red), agama perdamaian yang melarang pemeluknya melakukan perusakan dan pembunuhan. Apalagi terhadap rumah ibadah, kaum perempuan dan anak-anak,” ujar Zainut.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Agus Rianto mengatakan, Intan meninggal di RS Abdul Muis Samarinda sekitar pukul 03.05 WIB tadi.

“Korban meninggal akibat luka bakar 78 persen dan infeksi saluran pernafasan,” ujar Agus.(mtd/min)

 

 

 

 

sumber:detikCom