Onny Kresnawan.Ist

medanToday.com,MEDAN – Insiden yang dialami Hendri Norman dan kawan-kawan saat memproduksi film A Thousand Midnight in Kesawan yang terjadi Selasa malam lalu saat syuting perdana di kawasan Kesawan Medan merupakan tindakan kriminal, karenanya tindakan hukum perlu diambil.

Onny Kresnawan selaku Ketua Komite Film Dewan Kesenian Sumatera Utara (DKSU) mengecam aksi premanisme yang menimpa teman-teman seprofesinya tersebut.

“Premanisme lagi lagi mengusik kerja kerja kreatif Medan, padahal kerja kreatif baik komersial maupun nonkomersial, butuh kenyamanan dan ketenangan berkarya,” katanya, Jumat (13/3/2020).

Onny mengungkapkan insiden pemerasan yang kerap terjadi ini tidak seirama dengan Kapolda SUMUT dengan slogan “Tidak ada tempat bagi kejahatan di Sumatera Utara”.

“Jika praktik praktik premanisme ini terus berjalan dan dibiarkan, ini merupakan tindakan yang merendahkan harkat dan martabat Pemerintahan yang ada sekaligus Aparat Penegak hukum,” jelasnya.

Lebih lanjut Onny menjelaskan film ini film indie yang diproduksi dengan tujuan non komersil, hasil kolaborasi komunitas kreatif Medan. Karena karya kolektif, tentunya dana yang digunakan juga bersumber dari swadaya komunitas.

“Atas permintaan sejumlah uang itu, kru dan tim produksi tak dapat mengamini permintaan tersebut, kemudian Pemuda- pemuda itu membuat keributan di sekitar lokasi syuting yang mengundang perhatian pengunjung lapangan merdeka yang terbilang cukup ramai, yang mengakibatkan tertundanya proses kreatif,” ungkap Onny.

Tidak hanya di kota Medan saja, tindakan ini juga sering dialami pekerja kreatif yang ada di beberapa tempat di Sumatera Utara, Onny Kresnawan dkk sering menghadapi ini dengan pola dan modus yang beragam.

Untuk itu ia menyayangkan tindakan tindakan yang mengusik ini. Onny berharap agar hal ini mendapat perhatian serius dari pihak pihak yang berwenang.

“Kejadian ini menambah kesan sangar kota medan,” kata Onny.

Selama ini, Onny punya cara untuk mengatasi hal-hal yang menjengkelkan itu, tapi tidak semua pekerja kreatif kita memiliki ketahanan yang sama, ini butuh sentuhan kebijakan Negara.

“Bila Kasus pemalakan pada pekerja kreatif masih terus berlangsung maka akan merugikan nama baik kota medan itu sendiri,” jelas Onny yang juga Ketua Asosiasi Dokumenteris Nusantara (ADN Korda Medan).

“Sentuhan kreatif wajah kota yang meskinya bisa ditampilkan seelok mungkin untuk di promosikan ke wisatawan justru dirusak oleh aksi premanisme. Kondisi ini juga menunjukan betapa lemahnya peran pihak keamanan dalam memberi jaminan kenyamanan masyarakat di kota Medan”, pungkasnya.

Diketahui, insiden ini bermula dari munculnya 4 orang pemuda kira kira berusia-30 an meminta sejumlah uang dan membuat keributan kepada tim produksi film A Thousand Midnight in Kesawan saat sedang melakukan syuting film dikawasan Kesawan kota Medan.(mtd/min)

====================