MEDAN-TODAY.com – Kreativitas Dimas Kanjeng Taat Pribadi untuk menipu benar-benar luar biasa. Di antara mahaguru yang diagungkan para pengikutnya, bahkan ada yang tidak bisa mengaji. Mereka direkrut sejak 2010 secara bergelombang. Sesuai dengan kebutuhan acara yang harus dihadiri mahaguru.
Tujuh mahaguru Dimas Kanjeng resmi diperkenalkan kepada publik kemarin (7/11). Mereka mengaku tidak pernah benar-benar mengenal Dimas Kanjeng. Karena itu, polisi belum bisa menetapkan mereka sebagai tersangka.
Tujuh mahaguru tersebut dikeluarkan dari ruang penyidik Ditreskrimum Polda Jatim sekitar pukul 13.30. Polisi mendandani mereka dengan jubah dan serban serbahitam Mereka lalu diminta untuk duduk di kursi yang ditaruh di depan gedung. Jemari mereka memilin tasbih kecil berwarna hitam. Bibir mereka komat-kamit.
Tak jelas apa yang dibaca. “Adegan ini persis seperti peran mereka di setiap acara keagamaan Dimas Kanjeng,” kata Kabidhumas Polda Jatim Kombespol Raden Prabowo Argo Yuwono.
Semua perlengkapan tersebut didapatkan secara cuma-cuma dari Dimas Kanjeng. Itu adalah bagian dari fasilitas mereka sebagai mahaguru. “Mereka hanya perlu datang dan duduk sembari komat-kamit,” lanjut lulusan Akpol 1991 itu.
Kendati didapuk sebagai mahaguru, mereka mengaku tidak tahu apa yang dilakukan Dimas Kanjeng. Mereka hanya tahu secara fisik. Mereka juga tidak tahu tentang fungsi mahaguru yang diperankan. Nama mahaguru diberikan secara acak oleh Dimas Kanjeng.
Ratim, salah seorang mahaguru, mengaku hanya diminta untuk menyambut tamu. “Vijay minta saya buat nyambut tamu,” ujar kakek 70 tahun itu. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Vijay, yang bernama asli S.P. Maranathan, adalah event organizer (EO) acara keagamaan Dimas Kanjeng.
Soal para mahaguru yang tidak tahu-menahu secara detail sepak terjang Dimas Kanjeng, hal itu juga masuk akal. Sebab, sebagian dari mereka tidak bersekolah, paling tinggi lulusan sekolah rakyat (sekolah dasar zaman dulu).
Dengan latar belakang pendidikan seperti itu, mahaguru tersebut tidak mempunyai pekerjaan yang baik. Ada yang menjadi kuli bangunan, penganggur, bahkan gelandangan. Intinya, ketika mengikuti ajakan Dimas Kanjeng, mereka melakukannya untuk menyambung hidup.
“Saya sudah lima tahun tidak bekerja. Sebelumnya jadi buruh bangunan lepas,” kata Abdul Karim, mahaguru lain.
Para mahaguru itu direkrut dalam tiga gelombang. Angkatan pertama dilantik pada 2010. Saat itu Abdul Karim bersama satu orang lain yang direkrut. Orang tersebut sudah meninggal. Karena paling senior, Abdul Karim adalah orang yang diset untuk jadi yang paling sakral.
Sedangkan gelombang kedua dilantik pada 2014. Mereka diangkat setelah dua mahaguru sebelumnya mulai sakit-sakitan. Bahkan, ada yang meninggal. Gerbong angkatan kedua itu lebih banyak daripada yang pertama. Ratim, Marno, Acep, dan Sutarno masuk satu angkatan. Semakin banyak yang direkrut karena kebutuhan akan mahaguru semakin besar.
Lalu, gelombang ketiga perekrutan mahaguru dilakukan pada awal 2016. Dua orang, yaitu Sadeli dan Murjang, diajak untuk bergabung. Apes, saat mereka akan dilantik, Dimas Kanjeng tersandung masalah. Karena itu, mereka belum sempat dapat nama paten. (mtd/min)
sumber: jawaPos