Rusia: AS Cari-cari Alasan untuk Menekan Iran

0
231
Gambar diambil dari sebuah siaran oleh Islamic Republic of Iran Broadcasting (IRIB) pada Senin (1/1/2018), menunjukkan sekelompok orang yang menggelar aksi mendukung pemerintah di kota barat laut Zanjan. Unjuk rasa anti-pemerintahan Presiden Hassan Rouhani di Iran berlangsung hampir sepekan, memakan korban tewas hingga puluhan orang dan ratusan orang ditangkap pihak keamanan.(AFP PHOTO/IRIB/HO)

medanToday.com, MOSKWA – Pemerintah Rusia mengecam berbagai manuver yang dilakukan oleh Amerika Serikat ( AS) terhadap Iran.

Hal itu dikatakan oleh Deputi Kementerian Luar Negeri Sergei Ryabkov, seperti dikutip dari AFP Jumat (5/1/2018).

Ryabkov merespon ucapan Wakil Presiden Mike Pence Rabu (3/1/2018) yang mengatakan AS tidak akan tinggal diam terkait gejolak di Iran.

Selain itu, Pence juga menyerukan agar kesepakatan nuklir dengan Iran yang terjadi 2015 bisa dievaluasi.

Dalam pandangan Ryabkov, Washington dianggap sengaja mencari-cari alasan untuk terus menekan Teheran.

“Jika apa yang saya pikirkan benar, maka kebijakan itu sangatlah tidak patut dilakukan oleh sebuah negara besar,” sindir Ryabkov.

Politisi asal Moskwa itu melanjutkan, Resolusi 2231 yang diteken Iran dan enam negara berpengaruh tidak perlu diubah.

Selain itu, Ryabkov juga menyoroti pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB yang bakal berlangsung Jumat.

Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, meminta dewan keamanan menggelar pertemuan untuk membahas gejolak yang ada di Iran.

Dia menyatakan keheranannya mengapa Dewan Keamanan PBB sampai harus dilibatkan dalam urusan yang memberikan dampak secara internasional tersebut.

“Masalah domestik Iran bukanlah ranah Dewan keamanan PBB,” kecam Ryabkov seperti dilansir reuters.com.

Sebelumnya, di samping pernyataan Pence tentang perlunya kesepakatan baru dengan Iran, Kementerian Keuangan AS juga menjatuhkan sanksi ke lima industri Iran.

Lima perusahaan tersebut diduga menjadi pengembang program rudal balistik Iran.

“Program ini dianggap prioritas bagi pemerintah dibanding kehidupan sehar-hari rakyatnya,” demikian bunyi pernyataan kementerian keuangan.

(mtd/min)