medanToday.com, MEDAN – Sumatera Utara (Sumut) yang memiliki keragaman suku, budaya dan agama ternyata memberikan makna tersendiri bagi Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Sumut, Sihar Sitorus. Keragaman tersebut menurut Sihar menjadi warna yang memberikan keindahan pada tatanan sosial masyarakat.

Di sela sela pengambilan foto dengan beragam pakaian adat di Sumut, Sihar mengatakan bahwa menata Sumut tidak boleh asal-asalan.

Calon Wakil Gubernur Sumatera Utara Sihar Sitorus bersama Istrinya Patricia Siahaan menggunakan berbagai pakaian adat saat menjalani sesi pemotretan, di Medan, Sumut, Minggu (25/2).

Karena keragaman suku dan budaya yang ada dalam provinsi di bagian Indonesia barat tersebut harus dijaga dan dilestarikan. Karena itu, menurut Cawagub Sumut nomor urut dua ini, memimpin Sumut juga harus dengan konsep inkulturasi.

“Inkulturasi itu berarti menyatu dengan budayanya. Apakah dia Nias, Karo, Melayu, Simalungun, dan suku suku lainnya. Jadi pengambilan kebijakan juga harus sesuai dengan kebhinnekaan ini. Karena kita adalah miniatur Indonesia yang sesungguhnya,” jelasnya, Minggu (25/2/2018) di Medan.

Sihar yang maju mendampingi Djarot Saiful Hidayat mengatakan bahwa keberagaman Sumut adalah nilai lebih bagi daerah tersebut. Karena tidak semua provinsi di Indonesia yang dihuni multietnis, serta mampu hidup rukun damai dan berdampingan.

“Ini juga provinsi yang paling bagus dalam toleransi. Jadi harus dijaga. Ibarat kanvas, Sumut itu penuh warna yang membentuk lukisan full color. Jadi harus dibingkai dan dijaga dengan baik,” paparnya.

Calon Wakil Gubernur Sumatera Utara Sihar Sitorus bersama Istrinya Patricia Siahaan menggunakan berbagai pakaian adat saat menjalani sesi pemotretan, di Medan, Sumut, Minggu (25/2).

Sihar yang diusung oleh PDI Perjuangan dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tersebut juga mengatakan bahwa pemerintah harus mampu mengakomodir kebutuhan dalam pelestarian keberagaman itu. Karena menurut pebisnis yang mengelola multiusaha ini, Sumut membutuhkan ruang yang mampu mementaskan keindahan keberagaman tersebut.

“Dipentaskan bukan hanya dalam pertunjukan seni, tetapi juga dalam keseharian pengelolaan pemerintahan,” jelasnya.(mtd/min)

==========