medanToday.com,JAKARTA – Anggota Majelis Syuro PKS Tifatul Sembiring menghormati Persaudaraan Alumni (PA) 212 yang memberi saran terkait Pilpres 2019 kepada PKS dan partai calon koalisi lain. Namun Tifatul berharap tak ada lagi kebencian seperti pada Pilgub DKI 2017 yang diteruskan.

Terkait hal ini, Ketum PA 212 Slamet Ma’arif setuju dengan pernyataan Tifatul. Menurutnya, semua pihak harus menghormati agama-agama di Indonesia.

“Bagus, itu saran Pak Tifatul bagus juga. Artinya, siapa pun tak mau dong bangsa ini terus-terusan dilanda kekisruhan,” kata Slamet saat dihubungi, Selasa (24/7/2018).

“Artinya, itu saran bagus bagi kita semua. Jangan menodai agama apa pun. Saling menjunjung tinggi nilai-nilai agama bagi masing-masing agama yang ada. Kemudian bagi pemerintah juga jadi warning bagi siapa pun jangan menodai agama,” imbuhnya.

Slamet mengatakan 212 ada untuk menuntut pemerintah menegakkan hukum dan tak melindungi pelanggar hukum. Menurutnya, tak akan ada kekisruhan bila tak ada pihak yang menodai agama.

“Oleh karena itu, kepada capres-cawapres dan caleg, jadikanlah peristiwa Jakarta pelajaran yang berharga bagi bangsa ini. Jangan sampai Anda-anda melakukan hal yang sama,” ujarnya.

Slamet mengaku tak tersinggung atas pernyataan Tifatul yang ditujukan kepada PA 212. Sebab, menurutnya, pernyataan Tifatul juga ditujukan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk sama-sama menjaga ketertiban.

Slamet mengatakan, pada Pemilu 2019, setiap pihak harus sportif dan mengikuti aturan yang ada. Dia mengatakan PA 212 yang ingin ada pergantian pemerintahan pun akan mengikuti konstitusi yang ada.

“Ayo, semua sportif. Ikuti semua aturan yang ada. Kemudian jangan gunakan cara yang licik. Saling menghormati antarpemeluk agama lain. Kalau mau masuk bursa capres-cawapres lagi, harus tegakkan hukum. Tapi kalau semua aturan dilanggar, setiap aturan dikangkangi, ya sikap umum akan melakukan reaksi,” ungkapnya

Sebelumnya diberitakan, Tifatul menanggapi saran PA 212 soal Pilpres 2019 kepada parpol-parpol. Namun dia tak ingin momen Pilgub DKI terulang pada Pemilu 2019.

“Ya silakan saja, namanya negara demokrasi. Alumni 212 itu kan bukan suatu organisasi ya, itu paguyuban. Saya merasa itu hak mereka untuk menyuarakan,” ujar Tifatul di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (24/7/2018).

“Tapi saya sebagai salah seorang warga negara berharap janganlah sampai semangat kebencian, maaf ya, karena Pilkada DKI, ini menumbuhkan trauma, luka, ini jangan sampai berlarut-larut terus. Kapan selesainya,” imbuhnya.(mtd/min)

====================