Warga Desa Cekel, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah mengumpulkan air dari lubang galian di dasar sungai yang mengering, Minggu (3/9/2017). Warga terpaksa harus menggali tanah di alur sungai yang tandus demi mendapatkan air akibat kemarau panjang yang melanda wilayah ini

medanToday.com, JAKARTA – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Andi Eka Satya mengungkapkan saat ini sejumlah daerah di Indonesia mengalami kekeringan.

Menurut catatan BMKG, kata Andi, dampak kekeringan terparah dirasakan di Nusa Tenggara Timur (NTT).

“NTT bahkan sampai 100 hari tidak hujan. Artinya tiga bulan tidak hujan,” ujar Andi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (12/9/2017).

Andi mengatakan, musim kering tahun ini lebih parah ketimbang tahun 2016 lalu.

Tetapi, tahun 2015 lebih kering jika dibandingkan tahun ini.

“Kalau dibandingkan 2015, masih lebih kering 2015. Tapi kalau dibandingkan tahun 2016, lebih kering tahun 2017 ini. Jadi ini antara 2015 dan 2016,” ucap Andi.

Sesuai catatan BMKG, daerah yang mengalami kekeringan selain NTT yakni Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat.

“Ada beberapa kabupaten yang 60 hari lebih tidak hujan sehingga memasuki kriteria kekeringan meteorologis. Artinya adalah kekeringan karena daerah tersebut kekurangan hujan,” ucap Andi.

“Dari sisi hujan, maka prediksinya musim hujan di daerah tersebut akan mulai sekitar bulan Oktober/November, sehingga diharapkan kekeringan tersebut akan berakhir bulan November,” kata Andi.

Andi menuturkan, Pemerintah telah menerapkan langkah antisipatif kekeringan yang dilakukan oleh kementerian terkait.

(MTD/MIN)