DOKUMENTASI KBRI ROMA Mantan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda saat berbicara dalam seminar ASEAN 50: The Way Forward ASEANs Response to Changing International Strategic Landscape di Roma, 23 Oktober 2017.
DOKUMENTASI KBRI ROMA Mantan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda saat berbicara dalam seminar ASEAN 50: The Way Forward ASEANs Response to Changing International Strategic Landscape di Roma, 23 Oktober 2017.

medanToday.com, ROMA – Dalam kurun waktu 50 tahun sejak dibentuk tanggal 8 Agustus 1967, Asosiasi negara-negara Asia Tenggara ( ASEAN) terbukti mampu menjaga stabilitas sosial politik di Asia Tenggara.

Sempat diperkirakan akan menjelma menjadi ‘Balkan di Asia’, ASEAN kini justru menjadi kekuatan ekonomi terbesar ketujuh di dunia.

Hal ini mencerminkan efektifnya “The ASEAN Way” yang mengedepankan dialog dan konsensus sebagai mekanisme penyelesaian sengketa di kawasan.

Pandangan ini disampaikan Mantan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda dalam seminar “ASEAN 50: The Way Forward – ASEAN’s Response to Changing International Strategic Landscape”, di Roma.

Acara pada , Senin (23/10/2017) ini diselenggarakan KBRI Roma didukung lembaga think tank terkemuka Italia, Centro Studi Internazionali (CeSI).

Perhelatan ini digelar dalam rangka memperingati 50 tahun berdirinya ASEAN, sekaligus 40 tahun kerja sama ASEAN-Uni Eropa.

Selain Hassan Wirajuda, hadir pula Direktur CeSI, Gabrielle Iacovino, sebagai panelis.

Para peserta yang terdiri dari kalangan diplomatik, think tank, dan akademisi, terlibat dalam diskusi tentang bagaimana proses integrasi regional di ASEAN selama ini.

Sementara itu, dalam kerangka penguatan kerjasama ASEAN dan Uni Eropa, Hassan Wirajuda menyiratkan perlunya peningkatan saling pengertian antara kedua organisasi integrasi kawasan itu.

“Di tengah situasi global yang tidak menentu saat ini, stabilitas kawasan di ASEAN dan Uni Eropa merupakan sumbangsih berharga bagi upaya perdamaian dunia,” kata Hassan.

Hassan juga berpendapat ASEAN perlu memperkuat restrukturisasi kelembagaan agar mampu semakin berperan dalam penyelesaian masalah-masalah kawasan.

Selain itu, restrukturisasi memperkuat dialog dengan negara ketiga dan mitra wicara.

Sebelumnya, tanggal 20 Oktober 2017, Hassan Wirajuda juga memberikan kuliah umum bertema sama di Universitas Orientale di Napoli.

Universitas ini merupakan satu-satunya lembaga pendidikan tinggi Italia yang memiliki jurusan bahasa dan budaya Indonesia, serta berorientasi pada studi kajian Asia.

Sebelum pelaksanaan kuliah umum, Duta Besar RI untuk Italia, Esti Andayani, yang hadir sebagai peserta, bertemu dengan Rektor Universitas Orientale, Elda Morlicchio.

Esti membahas upaya pembentukan Indonesian Corner.

(mtd/min)