Wali Kota Bandung Ridwan Kamil ketika ditemui usai berkunjung ke kantor DPP PDI-P, di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Rabu (3/1/2018).(KOMPAS.com/ MOH NADLIR)
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil ketika ditemui usai berkunjung ke kantor DPP PDI-P, di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Rabu (3/1/2018).(KOMPAS.com/ MOH NADLIR)

medanToday.com, BANDUNG – Jelang pendaftaran calon gubernur dan wakil gubernur dalam ajang Pilkada Jawa Barat 2018 yang tinggal menghitung hari, salah satu partai politik yang paling ditunggu gerak-geriknya dalam menentukan calon jagoan adalah PDI-P.

Beberapa hari lalu, Ridwan Kamil, salah satu kandidat terkuat dan pemilik elektabilitas tertinggi pada Pilkada Jawa Barat 2018, menyambangi kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI-P untuk menjalin komunikasi politik.

Guru Besar Ilmu Komunikasi Politik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Karim Suryadi mengatakan, hal tersebut dapat dikatakan sebagai sinyal kuat partai berlambang banteng moncong putih tersebut bakal mendukung sang Wali Kota Bandung.

“Saya tidak melihat ada masalah serius yang menyebabkan PDI-P tidak mengusung Ridwan Kamil,” kata Karim kepada Kompas.com melalui ponselnya, Kamis (4/1/2018).

Dia menambahkan, salah satu poin yang membuat PDI-P wajib mengusung Ridwan Kamil jika ingin menang pada Pilkada Jawa Barat 2018 adalah elektabilitas tertinggi yang dimilikinya. Namun demikian, Emil—sapaan akrab Ridwan Kamil—perlu mencairkan komunikasi yang masih kaku antara dirinya dan Megawati Soekarnoputri.

“Hanya butuh komunikasi dari hati ke hati antara Ridwan Kamil dengan Megawati untuk menembus sumbatan komunikasi yang ada. Elektabilitas Ridwan Kamil lebih menggoda ketimbang sumbatan komunikasi yang ada. Apalagi komunikasi Ridwan Kamil dan Jokowi pun cukup bagus,” ungkapnya.

Selain itu, PDI-P dinilai sangat ideal mengusung Ridwan Kamil jika ingin menargetkan menang di Jawa Barat pada ajang Pilpres 2019.

“Melihat berbagai survei, akan sulit bagi PDI-P melupakan Ridwan Kamil. Kemenangan PDI-P di Jabar aset penting bagi 2019,” jelas Karim.

Alasan lain yang membuat PDI-P sulit untuk tidak mendukung Ridwan Kamil adalah sumbatan psikologis yang cukup besar terhadap kandidat lain, seperti Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi.

“Kecuali jika PDI-P mengusung calon sendiri. Tapi, ikhtiar ini sebatas menghidup-hidupkan demokrasi saja. Sebab, poros kekuatan kandidat sudah terpetakan ke dalam pasangan calon yang sudah ada. Agak sulit bagi PDI-P untuk memunculkan calon lain di luar nama-nama yang sudah beredar selama ini,” ujarnya.

(mtd/min)