medanToday.com, BLORA – Secara umum budaya sadar bencana masyarakat Indonesia masih cukup rendah. Pascatsunami Aceh, tingkat pengetahuan masyarakat mengenai penanggulangan bencana meningkat. Masyarakat sudah tahu apa arti tsunami, tanda-tandanya, apa yang harus dilakukan. Begitu juga dengan bencana lainnya.

Namun pengetahuan itu belum menjadi sikap dan perilaku sehari-hari. Risiko bencana seringkali masih diabaikan dan dianggap kurang penting. Hal yang sama juga terlihat dalam kebijakan pembangunan di daerah yang belum memprioritaskan penanggulangan bencana.

Akibatnya kejadian bencana makin meningkat. Korban jiwa dan kerugian ekonomi juga masih cukup besar akibat bencana.

Untuk meningkatkan budaya sadar bencana, salah satunya adalah pendidikan kepada siswa, khususnya siswa sekolah dasar. Pendidikan kebencanaan sejak dini sangat penting agar memahami penanggulangan bencana secara utuh sehingga menjadi bagian dalam proses pendewasaan jiwa anak-anak.

Untuk itulah, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyelenggarakan kegiatan BNPB Mengajar bekerjasama dengan BPBD. Mengajar siswa tentang kebencanaan. Sudah cukup banyak kegiatan BNPB Mengajar digelar dan antusiasme siswa mengikuti dengan semangat.

BNPB kali ini menghadirkan Pendongeng Kak Ojan dalam program BNPB Mengajar yang berlangsung di Kelurahan Karangboyo, Cepu, Blora, Jawa Tengah pada Sabtu pagi (9/9).

Murid-murid kelas 4 hingga 6 dari tiga sekolah dasar mendengarkan dongeng bertema banjir. Mereka pun dengan antusias mengikuti ajakan pendongeng sehingga proses sangat interaktif.

Kak Ojan mengajak para murid untuk peduli terhadap lingkungan dalam membuang sampah di tempat yang khusus telah tersedia di sekitar kita.

Kepedulian menjadi nilai yang ingin dikenalkan kepada anak-anak yang memang rawan terpapar bahaya banjir. Di samping mendongeng, Kak Ojan juga mengajak anak-anak untuk menjawab pertanyaan yang diberikan terkait dengan banjir.

Novi, murid SD Negeri Ngelo, menyampaikan bahwa dirinya menjadi paham untuk mengetahui bencana alam. Murid lain dari SD Negeri Karangboyo 1 merasa senang dan belajar mengenai bencana alam.

Sebanyak 242 murid dari SDN Karangboyo 1 dan 3 serta SDN Ngelo 2 yang didampingi guru sangat bergembira mengikuti program BNPB Mengajar.

Sementara itu, Koordinator relawan Cepu Supriyadi mengapresiasi kegiatan ini. “Bertahun-tahun, baru kali ini anak-anak mendapatkan pengetahuan bencana yang seperti ini,” ujarnya.

Supriyadi dan para relawan sangat membantu proses kegiatan yang lokasinya berjarak 30 km dari Kota Blora ini.

Sebelum mendengarkan dongeng, murid-murid menonton film animasi dan menjawab beberapa kuis mengenai film tersebut. Sesudahnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blora berbagi informasi seputar potensi bahaya di wilayah kabupaten, beberapa peralatan tanggap darurat serta himbauan bagi anak-anak saat terjadi bahaya banjir.

Kabupaten Blora memiliki potensi bahaya, seperti banjir, tanah longsor dan kekeringan. Salah satu upaya BPBD setempat dalam penanggulangan bencana di wilayah dengan kekuatan relawan yang tersebar di setiap kecamatan, baik dari BPBD, Tagana, PMI maupun pramuka.

Berbarengan dengan kegiatan BNPB Mengajar, BNPB dan BPBD Kabupaten Blora menggelar kesenian tradisional wayang kulit. BNPB menghadirkan Dalang Warseno Slank dengan lakon Semar Bangun Kayangan pada malam hari ini yang bertempat di Blok T, Blora.

BNPB melalui dua kegiatan tadi ingin terus mengkampanyekan pentingnya edukasi penanggulangan bencana sejak dini dan budaya sadar bencana kepada masyarakat.

=================
Tulisan ini dikirim oleh: Sutopo Purwo Nugroho: Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB