Soal Koalisi dengan Demokrat, PDIP Mengacu Kerja Sama di Pilkada Serentak

Diskusi PDIP dengan KPU. ©2018 Liputan6.com/Johan Tallo

medanToday.com, JAKARTA – Ketua Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mulai bermanuver. Demokrat yang awalnya memberi sinyal ingin berkoalisi dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kini berbalik mengkritik pemerintahan.

Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan untuk saat ini kemungkinan koalisi dengan Demokrat di Pileg dan Pilpres 2019 bisa dilihat dari kesamaan pandangan di Pilkada serentak 2018. PDIP dan Demokrat, kata dia, tidak memiliki kesamaan pandangan di beberapa daerah pilkada.

“Kalau kita lihat tentu saja dalam pemilukada serentak ini kita juga melihat ada berbagai perbedaan-perbedaan itu di Jawa Timur, kemudian di Sumatera Utara,” kata Hasto di Stasiun Senen, Jakarta Pusat, Selasa (12/6/2018).

Hasto menjelaskan, koalisi Pileg dan Pilpres juga terpaut dalam koalisi Pilkada 2018. Jika ada perbedaan pendapat, tambah dia, akan sulit membangun kerjasama di Pilpres.

“Nah tentu saja pilkada ini senafas dengan pileg dan pilpres. Ketika di dalam Pilkada juga ada perbedaan-perbedaan yang tajam. Tentu saja ini juga kurang kondusif untuk membangun kerja sama ke depan,” ungkapnya.

Meski begitu, lanjutnya, PDIP tetap menjalin komunikasi yang kuat dengan partai pendukung Jokowi lainnya seperti Hanura, Golkar, NasDem dan PPP. Komunikasi iti dikuatkan untuk bisa meraih 50 persen suara di Pilpres.

“Sehingga tinggal bagaimana agar kerja sama yang untuk memastikan terpenuhinya kekuatan 50 persen bersatu itu dapat terpenuhi di depan,” ucapnya.

Diketahui, dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) 10-11 Maret di Sentul, Jawa Barat, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengisyaratkan sinyal kemungkinan koalisi dengan poros Jokowi. Jokowi kini diusung oleh PDIP, Partai NasDem, Partai Hanura, Partai Golkar dan PPP.

Namun, Ketua Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono melakukan orasi politik bertajuk ‘Dengarkan Suara Rakyat’ di Hall JakartaConvention Center, Senayan, Jakarta Selatan, Sabtu (9/6). Dalam orasinya, AHY malah menyinggung soal program revolusi mental Presiden Joko Widodo yang jauh dari cita cita.

“Pada awal pemerintahan Presiden Joko Widodo, sebagian besar rakyat, menaruh harapan kepada program, pembangunan manusia Indonesia. Ketika pemerintah saat ini, berhasil membangun ribuan kilometer jalan, ratusan jembatan, dan proyek infrastruktur lainnya, lantas, kita patut bertanya, Apa kabar Revolusi Mental?” katanya saat berpidato disusul tepuk tangan kader Demokrat. (mtd/yud)

 

 

 

===============================