Lembah Harau di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.(GARRY ANDREW LOTULUNG)
Lembah Harau di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.(GARRY ANDREW LOTULUNG)

medanToday.com, SABANG – Wakil Presiden Jusuf Kalla menganggap tiga daerah di Indonesia sulit berkembang karena masyarakatnya tak pluralistik. Tiga daerah itu adalah Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur.

“Seperti di daerahnya Pak Luhut dan di daerah saya Bugis itu susah hospitality-nya. Sebelum turisnya komplain, kita (orang Sumut dan Bugis) komplain dulu,” kata Kalla saat hadir dalam puncak acara Sail Sabang 2017 di Pelabuhan CT-3, Sabang, Aceh, Sabtu (2/12/201).

Kalla mengatakan, apabila suatu daerah tak memiliki masyarakat yang plural, akan sulit berkembang. Pluralisme menjadi modal untuk menerima wisatawan yang berkunjung ke daerahnya.

“Tentu daerah wisata tanpa hospitality tanpa rasa melayani daripada masyarakatnya, akan susah berkembang,” ujarnya.

Kalla menilai, ada contoh daerah yang memiliki masyarakat pluralistik. Ia menyebut Sabang dan Bali sebagai contoh masyarakat yang mudah menerima wisatawan.

“Karena Sabang penduduknya pluralistik. Biasanya daerah yang pluralistik itu penerimaan tamunya itu lebih terbuka. Susah itu Batak dan Bugis, NTT. Tiga daerah itu sangat susah majunya. Kecuali Bali, dimarahin (turis) senyum saja,” ujarnya.

Sektor pariwisata saat ini menjadi salah satu andalan pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla untuk meraup devisa selain perdagangan dan industri kelapa sawit. Sektor pariwisata diproyeksikan sebagai penyumbang devisa terbesar tahun 2019.

Pada 2016, devisa pariwisata sudah mencapai 13,5 juta dollar AS per tahun. Hanya kalah dari minyak sawit mentah (CPO) yang sebesar 15,9 juta dollar AS per tahun. Padahal, pada 2015 lalu, pariwisata masih ada di peringkat keempat sebagai sektor penyumbang devisa terbesar.

(mtd/min)