medanToday.com,MEDAN – Akademi Sepakbola Utamasia bisa dibilang sebagai sekolah sepakbola anak-anak yang usianya masih sangat muda di Kota Medan. Baru didirikan pada April 2020 saat pandemik COVID-19 melanda Indonesia. Saat itu latihan hanya sekadar di halaman rumah seorang pelatih.

Sejak Januari 2021 akhirnya Utamasia berpindah tempat latihan di Lapangan Cadika Sport Centre, Medan Johor, Kota Medan dengan siswa awal 17 anak.

Dengan menerapkan kurikulum pelatihan Filanesia dan FIFA 11+, Utamasia kini menjadi sangat diminati oleh para orang tua.

“Sekarang total ada 60 siswa yang berlatih di Utamasia yang di bagi ke dalam lima kelas, bahkan ada tiga anak perempuan yang telah mendaftar ke Utamasia. Banyak juga orang tua yang berminat untuk bergabung namun masih menunggu PPKM selesai di Kota Medan,” ujarnya Ari Febian, CEO Akademi Sepakbola Utamasia saat ditemui wartawan.

Lantas apa yang membuat Utamasia sangat diminati para orang tua? Berikut lima fakta seputar Akademi Sepakbola Utamasia.

Pertama, Pelatih muda berlisensi dan sudah menjalani vaksinasi tahap kedua.
Akademi Sepakbola Utamasia saat ini memiliki enam pelatih yang semuanya masih berusia muda dan yang pasti memiliki lisensi. Di antaranya Donny Fernando Siregar, eks Kapten PSMS Medan yang berusia 38 tahun namun sudah berlisensi B AFC.

Kemudian ada Hardi Citra, Eks PSMS Medan, berusia 39 tahun berlisensi D Nasional. Saut FJ Naibaho, 40 tahun, lisensi D Nasional. Ada juga Markus Siahaan (38 tahun), Irwin ‘Londo’ Ramadhana (41 tahun), dan M Nasta (26 tahun) yang masing-masing berlisensi D Nasional.

Ari menjelaskan pelatih akan terus bertambah sesuai jumlah anak. Karena Utamasia memegang prinsip satu pelatih melatih 10 anak. Dengan total 60 anak saat ini, Utamasia memberdayakan 6 pelatih. “Jadi metode pelatihan bisa lebih baik diserap oleh anak-anak,” ungkapnya.

Bahkan kini para pelatih sudah menjalani vaksinasi tahap dua agar orang tua merasa aman dan percaya menitipkan anaknya berlatih di Utamasia.

Kedua, program latihan disesuaikan dengan kebutuhan anak usia dini. Kepala Pelatih Akademi Sepakbola Utamasia, Donny Fernando Siregar menjelaskan saat ini sangat sulit menemukan sekolah sepakbola di Kota Medan yang memberikan pelatihan sepakbola yang benar yang benar sesuai usia dan kebutuhan anak.

“Misalnya, anak usia 7 tahun dan 10 tahun diberikan materi pelatihan yang sama dan latihan di kelas yang sama. Ini menurut saya tidak tepat. Karena kekuatan tulang, kemampuan menangkap materi pelatihan di usia 7 dan 10 tahun itu sangat berbeda,” katanya.

Nah, di Utamasia, kata Donny, metode latihan disesuai dengan usianya. Misalnya untuk anak 7 tahun ke bawah akan menerapkan metode Main-Belajar-Main. Sedangkan pada anak 10 tahun ke atas menerapkan metode Belajar-Main-Belajar. “Jadi anak-anak di bawah usia 10 tahun merasa latihan adalah sesuatu yang menyenangkan,” jelasnya.

Ketiga, ,emiliki 5 kelas untuk anak mulai Usia 4 tahun hingga 13 tahun, bukan hanya untuk laki-laki.

Saat ini Utamasia memiliki 5 kelas berdasarkan usia dan perkembangan biologis dan kronologis. Yakni kelas anak U4-5 tahun, 6-7 tahun, 7-8 tahun, 8-9 tahun, dan 10-13 tahun.
Di semua kelompok tersebut tak hanya diisi oleh laki-laki, tiga di antaranya yang sudah mendaftar adalah perempuan.

“Jadi untuk kelompok usia 14 tahun ke bawah, latihan sepakbola laki-laki dan perempuan masih digabung. Di usia 14 tahun ke atas nanti baru akan kita lakukan pemisahan latihan perempuan dan laki-laki,” jelas Donny.

Empat, ,emiliki fasilitas pelatihan sesuai standar FIFA dan lapangan yang nyaman untuk anak-anak.

Sejak awal didirikan, kata Ari Febrian, Utamasia sudah menginvestasikan uang yang banyak untuk menyediakan fasilitas latihan sesuai standar FIFA. Bahkan setiap anak akan diberikan satu bola untuk latihan dan bola yang digunakan adalah original.

“Kebanyakan sekolah sepakbola di Medan hanya memiliki beberapa bola dan anak-anak harus berbagi. Di Utamasia tidak begitu, bola selalu disediakan melebihi jumlah anak, jadi saat latihan dan bermain, tiap anak memegang bola, bola yang kita sediakan juga bola original. Tekanan anginn bola juga disesuaikan dengan kelompok usia. Jadi anak-anak gak rentan cedera,” jelasnya.

Lima, menerapkan kurikulum filanesia dan metode latihan FIFA 11+. Setelah memiliki fasilitas yang oke, Utamasia juga menerapkan kurikulum pelatihan Filanesia di Utamasia Football Academy.

Kurikulum ini, kata Donny, diperkenalkan pertama sekali di Indonesia oleh Kepala Pelatih Timnas Indonesia, Luis Milla. Metode pelatihan inilah yang diajarkan ke dalam kursus-kursus pelatih di Indonesia. Namun tidak banyak yang mau menerapkannya dengan baik.

Kemudian juga diselingi dengan metode pelatihan FIFA 11+. Metode ini berfungsi untuk mencegah anak-anak mengalami cedera serius di masa yang akan datang.

“Kurikulum dan metode pelatihan ini kita padukan dan konsisten kita terapkan. Sehingga anak-anak mendapat metode pelatihan yang benar dan cocok untuk usianya. Kami tidak melatih hanya berdasarkan pengalaman latihan yang kami dapat dulu sebagai pemain, tapi kami padukan dengan referensi pelatihan-pelatih sepakbola yang benar, bahkan beberapa materi kami adopsi dari metode latihan di luar negeri,” jelasnya.

Nah itulah beberapa fakta seputar Akademi Sepakbola Utamasia yang menjadi pembeda dengan sekolah sepakbola lain di Kota Medan. Untuk info seputar pendaftaran dan aktivitas Utamasia bisa dilihat di akun instagram @akademisepakbolautamasia atau hubungi ke nomor whatsApp +6285261196115.(*)

=====================================