Aksi aksi yang terjadi beberapa hari terakhir di Jakarta, Medan , Makasar dan lain tempat sulit untuk dilepaskan dengan aksi hari ini di Jakarta. Pasalnya, demo mahasiswa yang menolak RUU KUHP berakhir dengan ricuh dan chaos. Juga diikuti aksi pelajar yang “buta” masalah,sekedar ikutan dan terkesan dikendalikan aktor intlektual tertentu, juga tidak kalah ricuhnya.

Bisa dikatakan, aksi Mujahid 212 hari ini di Jakarta adalah puncak dan klimaks seluruh aksi untuk memanaskan situasi. Setidaknya mereka menjelaskan, inilah aksi ujung dari seluruh aksi ricuh yang terjadi beberapa hari ini.

Yang menarik adalah slogan dan seruan yang dibawa dalam aksi mahasiswa kemarin. Hampir semua mengerucut pada penolakan pembatasan kebebasan individu. Seperti penolakan aturan tentang seks bebas.

Karena kepentingannya sama membenci Jokowi, seruan khilafah saat ini menyatu dengan seruan kebebasan seks. Ujung dari semua ini hanya untuk satu satu tujuan, gagalkan pelantikan Jokowi 20 Oktober yang akan datang.

Lihat saja posternya. “Vagina bukan milik negara!”

“Ngapain negara mengatur urusan gue tidur sama siapa!”

Pelajar membawa poster bertuliskan “Bebaskan Ganja” saat melakukan aksi unjuk rasa di luar kantor DPRD Sumut,Jumat (27/9). Aksi unjuk rasa tersebut berakhir dengan ricuh dengan polisi. Foto: Dedi Sinuhaji for medanToday.com

Normatifnya, ini tentu sesuatu yang aneh. Bayangkan, bagaimana bisa gerombolan yang berteriak syariah, bisa bergandengan tangan dengan mereka yang memperjuangkan seks bebas.

Bagaimana bisa perempuan-perempuan bercadar, bisa satu ‘frame’ dengan perempuan yang membawa poster “Vagina bukan milik negara”.

Tapi inilah realitanya. Mereka semua tak peduli dan tidak mau tau apa yang mau diperjuangkan. Terpenting, tujuan semuanya hanya satu, gagalkan pelantikan Presiden 20 Oktober!

Mereka yang mengusung panji panji kebebasan seks hari ini bermesraan sambil bergandengan tangan dengan mereka yang percaya pelaku seks di luar nikah harus dirajam sampai mati. Rajam maksudnya, dikubur sampai sebatas leher, lalu kepalanya ditimpuki batu besar sampai hancur.

Bagi saya ini sesuatu yang aneh,bagaimana mungkin anak-anak yang dalam tuntutan posternya bernuansa liberal kini menyatu dengan para pengusung khilafah.

Tapi tunggu dulu, aksi-aksi mahasiswa dimotori oleh pengurus BEM di berbagai kampus. Mereka memobilisir mahasiswa-mahasiswa baru untuk turun ke jalan.

Sudah jadi rahasia umum, pengurus BEM kebanyakan adalah mahasiswa didikan pengajian-pengajian ala Ikhwanul Muslimin. Inilah buah hasil kaderisasi selami ini di kampus kampus

Artinya, di bawah boleh saja poster-poster yang dibawa mahasiswa seperti memperjuangkan kebebasan bergaul. Tapi sesungguhnya kakak-kakak kelas yang menggiring mereka ke jalan, adalah mereka yang bersimpati pada kaum islamis.

Jadi, tidak salah kalau Aksi Mujahid 212 yang menyerukan khilafah ini merupakan puncak tujuannya.

Khilafah tidak akan tegak, jika Indonesia baik-baik saja dan aman. Satu satunya jalan untuk menegakkan khilafah adalah dengan menciptakan kekacauan, kerusuhan di mana mana.

Puncak kekacauan adalah apabila politik mengalami gonjang-ganjing dan chaos. Caranya adalah menyasar Presiden. Inilah paket dan agenda sesungguhnya dari rangkaian aksi kemarin kemarin.

Ini juga yang menjelaskan kenapa anak-anak BEM menolak bertemu Presiden. Mereka memang hanya mau menyudutkan kepala negara.

Jadi jangan kaget jika seruan khilafah hari ini di Jakarta menyatu dengan seruan kebebasan seks. Ujung dari semua ini hanya satu tujuan, gagalkan pelantikan Jokowi !

===============
Penulis : Wara Sinuhaji | Pengamat Politik & Dosen Sejarah USUÂ