medanToday.com, SULTENG – Memasuki hari ke-10 usai gempa dan tsunami di Palu, aktivitas pegawai negeri sipil di Kantor Gubernur Sulawesi Tengah, kembali normal, Senin (8/10).
Sebelum memulai aktivitas, para pegawai negeri maupun honorer lebih awal mengikuti apel pagi dipimpin Sekretaris Provinsi Hidayat Lamakarate.
Dikutip dari Antara, pada apel tersebut tampak pegawai yang sudah hadir jauh lebih banyak dibanding Kamis (4/10).
Kantor Gubernur sebagai pusat pelayanan pemerintahan Provinsi Sulawesi Tengah terdapat delapan biro yakni Biro Humas dan Protokoler, Biro Otonomi Daerah, Biro Hukum, Biro Ekonomi, Biro SDM, Biro Umum, Biro Organisasi dan Pemerintahan.
Selain itu dalam lingkup kantor gubernur juga terdapat Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Badan ini juga melaksanakan apel pagi dipimpin Kepala BPKAD Eda Nurely dan Kepala Bidang Aset Rudy Dewanto.
Tercatat dari 200 lebih pegawai negeri sipil dan nonnegeri di badan pengelola aset ini, hanya sekitar 42 orang mengikuti apel pagi. Sementara untuk pegawai di Sekretariat Provinsi sekitar 200 pegawai yang hadir dari sekitar 700 pegawai di kantor gubernur itu.
Sekretaris Provinsi Sulawesi Tengah Hidayat Lamakarate mengatakan agar seluruh aparat sipil negara maupun pegawai honor aktif kembali bekerja seperti semula, agar roda pemerintahan juga kembali berjalan normal seperti biasa.
Hal itu dimaksudkan agar kepercayaan masyarakat untuk kembali bangkit pascagempa juga semakin besar, karena adanya pelayanan di instansi pemerintah daerah.
Sekprov Hidayat juga mengajak kepada ASN yang masih ada di pengungsian untuk kembali beraktivitas. Apel pagi baik yang berlangsung di Badan Pengeloaan Keuangan Aset Daerah maupun di pegawai kantor gubernur ditutup dengan doa, khususnya kepada korban gempa dan tsunami.
Beberapa saat setelah apel selesai, Gubernur Sulteng Longki Djanggola juga tiba di kantor gubernur disusul sejumlah pejabat instansi lainnya untuk mengikuti rapat koordinasi evaluasi penanganan bencana pascagempa dan tsunami.
Longki mengatakan dia memahami kondisi aparat sipil negara terutama yang kehilangan keluarga dan tempat tinggal belum dapat dipaksakan untuk aktif seperti sedia kala. “Walaupun dalam kondisi kantor yang berantakan saya tetap masuk,” katanya. (mtd/min)
================