medanToday.com, JAKARTA – Staf Khusus Presiden Lennys Kogoya mempertanyakan keakuratan pernyataan tokoh agama Papua Pastor John Djonga yang menyebutkan harga bahan bakar minyak di Papua hanya turun saat Presiden Joko Widodo mengunjungi Papua.
“Dia surveinya kapan itu? Enggak begitulah, salah itu. Harganya normal, kok,” ujar Lennys seperti dilansir dari laman Kompas.com pada Selasa (19/12/2017).
Lennys menegaskan, semenjak Pertamina memperbaiki sistem distribusi BBM pada 2016, harga BBM di seluruh Papua sama seperti di Pulau Jawa.
Ia pun sering mengecek sendiri stabilitas harga BBM di tanah kelahirannya. Hasilnya normal.
Lennys meminta Pastor John menjelaskan secara rinci, di daerah Papua mana yang harga BBM- nya tidak sama seperti di Pulau Jawa. Ia berjanji langsung melaporkannya kepada Presiden.
“Coba dia kasih lengkap. Tunjukkan di kabupaten mana? Di distrik mana yang harganya naik?” lanjut Lennys.
Saat dihubungi, Lennys mengaku sedang berada di Wamena, Papua. Bahkan, Lennys yang sedang dalam perjalanan spontan bertanya kepada sopir mobil yang ia tumpangi soal harga BBM di Papua.
“Adik, harga bensin sekarang berapa,” tanya Lennys kepada sopir.
“Itu kan normal. Ini sopir orang asli sini ya yang bilang sendiri. Jadi, apa yang dibilang dia (Pastor John) itu salah. Janganlah bohongi orang-orang. Harus jujur. Jangan suka memprovokasi dan menjatuhkan,” lanjutnya.
Diberitakan, Pastor John Djonga menyebutkan, kebijakan BBM satu harga di Papua belum berjalan dengan baik.
Harga BBM sama seperti di Pulau Jawa saat Presiden Jokowi blusukan di Papua saja. Akan tetapi, tak lama setelah Jokowi meninggalkan Papua, harga BBM kembali melonjak.
“Beliau pulang, satu-dua minggu, harga kembali ‘normal’,” kata John saat berbicara dalam seminar nasional “Tiga Tahun Pemerintahan Jokowi-JK di Papua” di Auditorium LIPI, Jakarta, Senin (18/12/2017).
John mengatakan, ia memantau langsung kondisi ini di Yahukimo, Papua.
Saat Jokowi baru mencanangkan program BBM satu harga di kabupaten itu pada Oktober 2016, John mengakui bahwa harganya sama seperti di Jawa, yakni Rp 6.450 per liter untuk premium dan Rp 5.150 per liter untuk solar.
“Sekarang sudah Rp 30.000 lagi. Bahkan, dalam rangka Tahun Baru dan Natal, tahun lalu kami sampai Rp 100.000,” ucap John.
John mengatakan, program BBM satu harga ini sebenarnya sangat baik bagi masyarakat Papua. Sayangnya, program ini belum bisa berjalan jika tak ada pengawasan.
“Lalu, siapa yang harus mengawasi dan harus menangani? Sementara pejabat di tanah itu, bupatinya banyak di Jayapura atau di Jakarta,” katanya.
(mtd/min)