medanToday.com,LANGKAT– Dalam menggunakan media sosial, hati-hati jika mendapatkan pesan yang berupa link yang tidak jelas sumbernya. Hoax biasanya berjudul provokatif dan menuding pihak tertentu.
Menurut, Guru Mendunia, Fajar Efendi Daulay, berita hoax seringkali menggunakan judul yang sensasional, jadi harap dibaca kembali judul dan isi keseluruhan dari berita atau informasi tersebut.
Perhatikan juga fakta berdasarkan dari mana berita tersebut berasal dan siapa sumbernya atau siapa yang menyampaikannya. Cek keaslian foto, di era teknologi saat ini, bukan hanya konten berupa teks, yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video.
“Waspada forward messages, biasanya oknum hoax akan menyebarkan ke banyak orang dengan dalih isinya meminta untuk segera diteruskan ke banyak orang, berupa ancaman jika anda tidak meneruskan pesan tersebut, atau mendapatkan hadiah. Jika anda menerima pesan seperti itu, segera hapus dan abaikan,” ujarnya saat menjadi pembicara pada Webinar Literasi Digital bertajuk Kebebasan Berekspresi di Dunia Digital di Langkat, 17 Juni 2021.
Dosen dan Penulis, Dian Ikha Pramayanti mengatakan ekspresi dimulai dari adanya komunikasi yang kemudian mentransfer beragam informasi dan menghasilkan pengaruh yang mengubah cara pandang. Unsur-unsur berekspresi meliputi mencari, menerima, menyampaikan, dan mengembangkan.
Aturan kebebasan berekspresi terdapat dalam UUD Tahun 1945, UU No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM, UU No. 11 Tahun 2011 Tentang ITE, dan Fatwa MUI No.24 Tahun 2017. Survey berdasarkan APJII, perilaku pengguna internet Indonesia meningkat dan terus bertambah dalam mencari informasi.
Salah satunya media sosial yang para penggunanya dengan mudah mencari informasi dan menciptakan konten, karena jarak dan waktu tanpa batas, serta lebih mudah mengekspresikan diri.
“Dalam mendistribusikan konten harap dipikir terlebih dahulu, apakah konten itu penting, informatif, mengandung kebaikan, memberikan inspirasi, dan sudah berdasarkan realitas,” jelasnya.
Dosen & Youth Education Observer, Ninuk Wiliani memaparkan cara agar terhindar dari berita bohong atau hoax, yang pertama bacalah berita hanya dari sumber yang layak dipercaya, baca dulu isi beritanya, lihat alamat situs, jangan menelan mentah-mentah informasi yang diterima, jangan percaya mitos, jangan mudah terprovokasi dan selalu ingat bahwa tidak semua yang dibaca di internet dan media sosial adalah benar.
“Mendahulukan nalar yang sehat dibanding amarah yang menyesatkan pikiran, jagalah hati dan ucapan agar tidak menyulut permusuhan,” katanya.
Ketua JSIT Sumatera Utara memaparkan beberapa faktor yang menyebabkan hoax tersebar sangat cepat, yang pertama adalah rendahnya tingkat literasi di Indonesia.
Faktor kedua adalah, kita sebagai bangsa belum terbiasa berpendapat secara bebas dan bertanggungjawab, selalu menggunakan kata “katanya” jika memberikan informasi. Dan yang terakhir adalah polarisasi isu sosial politik seperti aksi debat. Alur produksi hoax dimulai dari oknum yang tidak bertanggung jawab dan ingin mengambil keuntungan sepihak untuk memproduksi berita bohong.
Judul yang bombastis, pendapat ahli, bahasa ilmiah. Didukung dengan pembaca yang emosional dan literasi yang rendah, lalu sharing tanpa saring.
“Langkah sederhana dalam mengidentifikasi kabar hoax yaitu hati-hati dengan judul yang provokatif, cermati alamat situs, periksa fakta, cek keaslian foto, ikut serta dalam diskusi dalam grup diskusi anti hoax,” ungkapnya.
==========================