medanToday.com, JAKARTA – Perum Bulog mengklaim stok beras yang dimiliki masih aman hingga akhir tahun.
Saat ini, stok beras Bulog sebesar 1,2 juta ton. Dengan pasokan yang ada, Bulog memperkirakan stok akhir akan mencapai 700.000 ton.
Direktur Pengadaan Bulog Tri Wahyudi Saleh mengatakan stok tersebut masih aman lantaran pada Januari dan Februari mendatang akan mulai memasuki masa panen. Pasalnya, saat ini produksi gabah semakin sedikit karena sudah memasuki masa tanam.
“Memang masih ada daerah yang panen, namun hanya sedikit. Sekarang sudah musim hujan, mulai musim tanam,” ujar Tri, Senin (27/11/2017).
Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian (Kemtan) Agung Hendriadi. Menurutnya pasokan beras yang dimiliki pemerintah saat ini masih sangat aman. Dia pun mengungkap pasokan beras akan cukup mengingat masih ada panen pada November dan Desember sebesar 2,6 juta ton beras.
Tri mengungkap, saat ini serapan gabah/beras Bulog hanya berkisar 2.000-3.000 ton dalam sehari. Dia memperkirakan, jumlah serapan ini akan mulai meningkat pada Januari, lalu puncak panen akan terjadi pada April. Menurutnya, pada saat itu serapan bulog akan mencapai lebih dari 5.000 ton.
Dia pun mengatakan, Bulog menyerap beras dari seluruh wilayah yang ada di Indonesia. Sampai saat ini Bulog masih menyerap dari wilayah Jawa serta Sulawesi Selatan. “Memang akan rebutan dengan pedagang, tetapi yang paling penting adalah stok pemerintah yang ada di Bulog cukup,” ujar Tri.
Sejak Agustus lalu, Bulog sudah melakukan skema fleksibilitas pembelian harga pangan sebesar 10% dari harga acuan pemerintah.
Dengan fleksibilitas ini, harga pembelian untuk gabah kering giling (GKG) menjadi Rp 5.115 per kg dari sebelumnya Rp 4.650 per kg sementara harga pembelian beras dari Rp 7.300 per kilogram menjadi Rp 8.030 per kilogram. Hal ini dilakukan dikarenakan harga beras yang terus meningkat saat itu.
Meski begitu, ternyata hingga saat ini Bulog hanya mampu menyerap sekitar 50% dari target serapan 850.000 ton gabah/beras tahun ini. Menurut Tri, rendahnya realisasi ini disebabkan harga yang terus melambung tinggi. Bahkan, saat ini harga gabah di tingkat petani sudah melebihi Rp 4.000 per kilogram.
Fleksibilitas peningkatan harga pembelian pemerintah ini akan berakhir pada Desember tahun ini. Walaupun begitu, Tri optimistis penyerapan beras pada 2018 tidak akan terkendala lantaran adanya masa panen.
(mtd/min)