MEDANTODAY.com,SILALAHI – Ribuan pengunjung mulai memadati Pulau Paropo, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi. Mereka datang dari berbagai kota di Sumatera Utara, diantaranya Medan, Balige, Tarutung, Siantar dan kota lainnya.
Akhir-akhir ini, kegiatan berkemah semakin populer di kalangan pejalan dan pencinta alam. Namun, dengan semakin banyaknya jumlah pengunjung yang berdatangan, keindahan alam yang sakral seakan tercemar dengan sampah dan pencemaran air.
“Tidak sekadar ingin mengekspos keindahan Danau Toba, Rumah Karya Indonesia dalam kegiatan Silahisabungan Arts Festival mengupayakan adanya festival seni yang memelihara budaya dan tradisi di Tao Toba, tepatnya kecamatan Silahisabungan,” ungkap Ojak Manalu.
Kegiatan ini digagas oleh Rumah Karya Indonesia bekerjasama dengan masyarakat penduduk Silahisabungan, kegiatan ini cukup memancing minat wisatawan dalam negeri untuk berkunjung, sebab kegiatan yang dilaksanakan selama tiga hari memberikan edukasi bagi masyarakat dan pengunjung, seperti kegiatan yang dilakukan pada hari pertama yakni lomba mewarnai bagi anak-anak kecamatan silahisabungan, dan beberapa perlelatan seni tari bagi pelajar SMA dan pembacaan karya puisi dengan tema lokal.
Selain itu, Seribu Tenda menjadi salah satu topik pilihan bagi pengunjung, sebagian dari mereka ada yang mendirikan tenda sendiri, ada pula yang memesan tenda melalui panitia penyelenggara kegiatan.
Semangat kebersamaan itu terbangun, sambil menikmati pertunjukan musik, tari opera dan workshop batik yang dilakukan oleh Komunitas Perempuan Hari Ini.
Perhelatan seni juga bisa dinikmati dari tenda masing-masing sebab tenda sengaja dibuat berdekatan dengan panggung serta mengambil momen sunset dan sunrise di Danau Toba.
Pada hari kedua, kegiatan semakin padat dengan adanya pertunjukan Opera Batak dari pelajar Paropo juga pertunjukan musik tradisi dari beberapa grup musik yakni Boraspati, Equaliz dan lain sebagainya.
Setelah pembukaan hari pertama dilakukan di Sopo Godang HKBP Paropo, festival dilanjutkan di Pulau Paropo dimana ada perhelatan karnaval budaya yang melibatkan ratusan pelajar dimana etapenya dimulai dari Bukit Baha.
Malam harinya, suasana pantai Pulau Paropo kian meriah dengan penampilan musisi ternama asal Sumatera Utara yang mengundang seluruh pengunjung untuk bergoyang di Pinggiran Danau Toba tepatnya di Silahisabungan Kab. Dairi.
Pernyataan sikap atas kepedulian terhadap kelestarian Danau Toba diyakini sebagai anugerah dari yang maha kuasa, untuk tetap menjaga dari berbagai eksploitasi yang dilakukan kelompok tertentu untuk kepentingan kelompoknya.
Kegiatan kali ini mampu mengajak beragam komunitas pegiat lingkungan dari beragam kampus untuk turut serta mengkampayekan kelestarian lingkungan dan tetap menjaganya.
Selain isu lingkungan, Isu Budaya menjadi perhatian dalam festival ini. “Bagaimana sebagai anak muda bangsa tetap menjaga budaya “Ikuti jamanmu jangan tinggalkan budayamu” bahwa budaya sebagai identitas sebuah bangsa, tubuh yang hidup tanpa budaya akan menjadi jiwa yang kosong,” ungkap Ojak Manalu
Petikan puisi yang dibawakan salah satu siswa SMP Paropo menyiratkan pesan bahwa telah terjadi kerusakan terhadap alam Danau Toba khusunya Silalahi dan Paropo sebab yang dulunya ikan masih mudah didapatkan dan Air Danau Toba yang cukup jernih minim sampah.
Menanam dan Menabur adalah sebuah bentuk perlawanan yang dilakukan oleh panitia beserta seluruh pengunjung Silahisabungan Arts festival #2. Kegiatan menanam pohon dan menabur ikan di Danau Toba merupakan kegiatan terakhir yang dilakukan sebagai wujud konservasi alam Danau Toba, khususnya Kecamatan Silahisabungan. (mtd/min)
====================================