medanToday.com, SAMOSIR – Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Sumatera Utara (Sumut) nomor urut dua Sihar Sitorus mengajak warga untuk melestarikan Geopark Kaldera Toba (GKT). Ajakan tersebut disampaikan wakil dari Djarot Saiful Hidayat itu saat mengunjungi sejumlah geopoint GKT di Pusuk Buhit.

Sihar yang melakukan pendakian ke Pusuk Buhit, Sabtu (21/4/2018) mengatakan bahwa kawasan GKT merupakan kawasan yang unik karena memiliki beragam keistimewaan. Sihar memaparkan bahwa GKT merupakan kawasan yang berisi aneka jenis unsur geologi yang memiliki makna dan fungsi sebagai warisan alam. Di kawasan ini dapat diimplementasikan berbagai strategi pengembangan wilayah secara berkelanjutan, namun harus dijaga dan ditata dengan baik.

“Pusuk Buhit ini kan salah satu contoh geopoint. Di mana di tempat ini ribuan tahun lalu ada peradaban yang menjadi cerita rakyat, kemudian melegenda dan sekarang menjadi mitos. Jadi sebagai putra asli Batak, wajar mencoba napak tilas cerita ribuan tahun itu. Serta melihat Danau Toba dari sudut yang berbeda. Karena itu harus kita jaga dan lestarikan,” katanya.

Sihar juga mengatakan, jika Danau Toba masuk menjadi taman bumi lewat program Geopark Unesco maka akan berkontribusi terhadap pengembangan daerah. Selain itu geopark juga memiliki tujuan untuk mengembangkan kawasan dengan metode ekonomi kerakyatan yang berkelanjutan lewat dunia pariwisata geologi. Di sisi lain pengembangan geopark tidak merugikan masyarakat, bahkan sebaliknya akan menguntungkan. Karena metode geopark memperbolehkan masyarakat untuk tetap tinggal di dalam kawasan untuk menghubungkan kembali nilai-nilai warisan bumi kepada masyarakat itu sendiri.

Jadi menurut Sihar, mengajak masyarakat untuk menjaga dan melestarikan GKT harus digalakkan. Termasuk Pusuk Buhit, bisa ditata dengan baik, membenahi jalan dan aksesibilitas yang aman dan memenuhi ketentuan wisata. “Sehingga orang bisa berwisata dengan nyaman. Serta menikmati panorama indah. Termasuk jika ilalang berganti menjadi bunga yang indah dan tanaman asli daerah dikembalikan ke habitatnya,” katanya.

SIHAR : Setelah Dikupas Kopi Itu Bijinya Dua

Calon Wakil Gubernur Sumatera Utara, Sihar Sitorus ikut memetik kopi bersama petani di kaki Gunung Pusuk Buhit, Samosir, Sabtu (21/4).

Di sela sela kegiatan di alam bebas yang dilakukan Sihar Sitorus di kawasan Geopark Kaldera Toba (GKT) Samosir, dia menyapa salah seorang petani yang sedang memetik kopi. Dalam sapaannya berbahasa Batak, Sihar menawarkan diri untuk ikut memetik kopi. Dengan syarat petani yang merupakan seorang ibu yang diketahui bernama Rismawati Limbong (52), harus mengajarinya cara memetik kopi.

Setelah diizinkan Rismawati, Sihar pun langsung masuk ke kawasan kebun yang berada di kawasan Gunung Pusuk Buhit. Sambil berbincang-bincang dengan Rismawati, Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Sumatera Utara (Sumut) nomor urut dua itupun dengan tekun memetik biji kopi yang sudah bisa di panen.

“Ini kopinya bisa langsung dimakan atau dirasai,” tanya Sihar pada Rismawati.

Sambil tersenyum Rismawati mempersilakan Sihar merasakan kopi merah yang baru dipetik sambil berkata bahwa kopi itu saat dipetik rasanya manis. Sihar yang mendengarkan cerita tentang biji kopi dari Rismawati memakan biji kopi yang dipetiknya. “Ia ternyata biji manis, setelah disangrai baru ada yang pahit dan asam,” katanya.

Bukan hanya sampai di situ, Sihar yang mengupas kopi dari kulit cherry nya pun tersenyum sambil menunjukkan dua biji yang ada dalam buah kopi.

“Ternyata setelah dikupas kopi itu bijinya dua dibungkus kulitnya. Mau coba? Katanya sambil menawarkannya pada fotografer yang mendokumentasikannya.

Sihar mengatakan bahwa kopi merupakan salah satu geoproduk dari GKT. Bahkan memiliki keunikan yang sangat istimewa. Karena kopi yang diproduksi di kawasan GKT merupakan kopi yang habitatnya tumbuh di bekas letusan Gunung Toba puluhan ribu tahun silam. Sehingga produk kopinya memiliki kualitas yang sangat baik.

Menurut wakil dari Djarot Saiful Hidayat tersebut pengembangan kopi harus terus dilakukan dengan baik serta harus mampu berkontribusi untuk petaninya. Di sisi lain, lewat produk kopi dan riwayat produksinya masyarakat luas bisa mengenal kawasan Toba. Sehingga ada efek domino untuk kemajuan bersama.

“Kopi terbaik akan dicari oleh penikmatnya. Secara otomatis akan mempromosikan kawasan habitanya. Karena itu efek pemasarannya dirasakan petani, efek promosi wilayahnya dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan GKT,” ujarnya. (mtd/min)

======================