SEBELUM dikenal publik sebagai Juru Bicara Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak adalah seorang pengajar dan ekonom. Dia juga memimpin sebuah organisasi kepemudaan besar, Pemuda Muhammadiyah.
Interaksi kami bermula di tahun 2018, selepas Bung Dahnil mengambil keputusan besar, yang menurut saya mengubah jalan hidupnya. Ia melepas status sebagai dosen PNS dan tampil sebagai juru bicara pemenangan Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Kekalahan capresnya dalam Pilpres tak lantas menyurutkan kiprah Dahnil Anzar. Ketika Presiden Joko Widodo menunjuk Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan, ia diperankan kembali sebagai Juru Bicara Menteri.
Awalnya, latar belakang yang jauh dari dunia pertahanan dan militer menghadirkan keraguan publik. Banyak orang bertanya-tanya, mampukah Bung Dahnil menyampaikan agenda-agenda kebijakan, sikap maupun tindakan negara dan pemerintah dalam rangka pembangunan pertahanan nasional?
Ternyata, ia tak sekadar sukses sebagai garda terdepan dalam menjawab kritik dan sorotan publik. Bung Dahnil melalui penjelasan-penjelasannya yang lugas dan sederhana, mampu mengelola dialektika yang terjadi dan bahkan menjawab keingintahuan publik tentang berbagai isu di sektor pertahanan.
Buku “Politik Pertahanan” yang merupakan kumpulan tulisannya di berbagai media massa, adalah bukti terbaik. Mungkin ini memang bukan buku yang sangat menarik untuk dibaca para ahli. Tapi seperti kata jurnalis Kompas Edna Pattisina, buku ini justru sangat layak sebagai oase penghapus dahaga pengetahuan bagi awam.
Lagipula menurut saya, Phythagoras sudah harus merevisi pendapatnya. Ada banyak orang yang tak sanggup menahan lelahnya belajar. Tapi tetap saja, tak boleh ada lagi orang yang harus menanggung pahitnya kebodohan.
Karenanya kita butuh banyak jembatan. Kita butuh banyak penulis yang bersedia membantu awam memahami beragam persoalan yang menyangkut hajat hidupnya. Termasuk yang menyangkut isu pertahanan. Sebuah urusan pemerintahan yang bukan hanya pelik, tapi juga kerap dituding miskin transparansi dan akuntabilitas.
Kali ini, saya yang berlatar belakang ilmu politik, harus mengaku kalah dari Bung Dahnil Anzar Simanjuntak yang seorang ekonom. Beliau bisa menulis buku soal politik pertahanan yang saya yakini sebagai topik kajian yang kompleks.
Sepanjang sejarah, baru pada masa Menteri Pertahanan Prabowo Subianto inilah isu pertahanan negara menjadi isu yang benar-benar sexy. Mulai dari lingkungan elit hingga warung kopi kaki lima membincangkannya dengan antusias.
Nah, Bung Dahnil yang baru berkutat dengan isu-isu politik pertahanan selama empat tahun, ternyata mampu menjelaskan beragam isu kompleks (bahkan sensitif) tadi secara lugas dan sederhana sehingga mudah dipahami awam.
Hormat bangga…!
KHAIRUL FAHMI
Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS)