Digitalisasi Bisnis Bisa Hindari Pemalsuan Obat

0
277
apotik Kimia Farma. KONTAN/Muradi/2016/11/17
apotik Kimia Farma. KONTAN/Muradi/2016/11/17

medanToday.com, BANDUNG – Proses digitalisasi bisnis yang dilakukan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) diharapkan mampu membuat perusahaan farmasi ini lebih efisien.

Namun, ternyata dampak digitalisasi ini tak hanya terasa di keuangan perusahaan tapi juga untuk keamanan konsumen mereka.

KAEF bekerja sama dengan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) baru saja menandatangani perjanjian kerja sama digitalisasi proses bisnis. Nantinya, seluruh proses bisnis KAEF mulai dari pengembangan dan penelitian produk, manufaktur, distribusi, supply chain, hingga ke bisnis ritel.

Direktur Utama KAEF Honesti Basyir berharap, penggunaan sistem digital ini bisa membuat perusahaan farmasi pelat merah ini menghemat biaya operasi hingga 20%. Namun, dampak tersebut baru akan terasa ketika seluruh bisnis KAEF sudah terdigitalisasi secara keseluruhan pada 2018 mendatang.

Namun, manfaat digitalisasi ini tak hanya sebatas untuk efisiensi biaya saja. Digitalisasi ini pun bisa membuat KAEF lebih mudah mendeteksi pemalsuan obat yang mungkin timbul saat proses distribusi berlangsung.

Data dari Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menunjukkan, setiap tahun ada 20% kerugian farmasi yang timbul berkat peredaran obat palsu. Hal tersebut terjadi lantaran absennya sistem yang mengawasi distribusi obat.

“Dengan digitalisasi ini, kami akan mengetahui persis berapa banyak obat yang beredar, di mana saja peredarannya, siapa yang membeli, serta kapan kedaluarsanya sehingga seluruh proses distribusi ini bisa diawasi secara ketat lewat platform digital tersebut,” ujar Honesti di Bandung, Rabu (27/12/2017).

Pengawasan distribusi ini juga bisa meningkatkan keamanan bagi konsumen. Sebab, pengawasan ini bisa mengurangi tingkat peredaran obat palsu yang mampu membuat perlindungan terhadap konsumen semakin membaik di masa depan.

Honesti pun berharap pemain lain di industri farmasi juga ikut menerapkan digitalisasi bisnis secara end-to-end seperti yang dilakukan oleh KAEF. Selain meningkatkan perlindungan kepada para konsumen, digitalisasi ini pun berpotensi mengurangi kerugian yang timbul dari peredaran obat palsu tersebut.

(mtd/fun/min)