Era Pemerintahan Anies-Sandi, Begini ‘Wajah’ Baru Monas

0
420
Pagar taman atau pagar pembatas rumput di kawasan Monas, Jakarta Pusat, telah dicopot. Namun, plang peringatan jangan merusak rumput masih terpasang. Foto diambil Kamis (11/1/2018).(KOMPAS.com/NURSITA SARI)

medanToday.com, JAKARTA – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengubah beberapa kebijakan di kawasan Monas, Jakarta Pusat.

Setidaknya ada empat kebijakan yang dilakukan Anies-Sandiaga sehingga mengubah ‘wajah’ kawasan Monas.

Dibuka untuk berbagai acara

Gubernur Anies telah meneken Peraturan Gubernur Nomor 186 Tahun 2017. Pergub itu merupakan revisi dari Pergub Nomor 160 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Kawasan Monumen Nasional.

Dalam pergub baru tersebut, Anies memperbolehkan warga menggunakan kawasan Monas untuk kegiatan pendidikan, sosial, budaya, dan keagamaan, yang dilarang sejak era mantan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Acara kirab kebangsaan untuk memperingati Hari Pahlawan dan tausiah pada 26 November 2017 menjadi tanda dibukanya kawasan Monas untuk berbagai kegiatan.

“Ini diperluas yang boleh digunakan. Jadi, kalau semula pendidikan, sosial, budaya, dan agama tidak masuk, sekarang jadi boleh,” ujar Anies kala itu.

Masyarakat harus mengajukan izin terlebih dahulu untuk menggunakan Monas sebagai tempat acara.

Dibukanya Monas untuk tempat penyelenggaraan berbagai kegiatan merupakan salah satu janji Anies-Sandiaga pada masa kampanye Pilkada DKI Jakarta 2017.

Boleh injak rumput

Kebijakan lain yang diterapkan Anies-Sandiaga yakni memperbolehkan pengunjung menginjak rumput di kawasan Monas. Mereka ingin menjadikan Monas sebagai taman yang bisa dinikmati warga, bukan kebun yang hanya bisa dilihat.

“Kami rencana untuk buat ini kayak central park di mana ini (Monas) akan jadi park, bukannya jadi garden. Kalau garden itu kan hanya dilihat, park itu bisa dinikmati oleh warga,” kata Sandiaga, Kamis (11/1/2018).

Untuk mewujudkan keinginan Anies-Sandiaga itu, Kantor Pengelola Kawasan Monas mulai mencopot pagar taman atau pagar pembatas rumput di dalam kawasan Monas sejak beberapa hari yang lalu.

Selain untuk menjadikan Monas sebagai taman kota, pagar pembatas rumput itu juga dicopot karena mulai rusak dan patah.

Setelah pagar sling itu dicopot, Anies-Sandiaga memperbolehkan warga duduk-duduk di rumput.

“Kami harapkan di Monas, begitu pagarnya dicopot, mereka menjaga rumputnya. Jadi, mereka boleh menginjak, tapi harus dijaga karena ini aset milik bersama, milik rakyat juga,” kata Sandiaga, Jumat (12/1/2018).

Dibuka hari Senin jika libur nasional

Kawasan Monas biasanya ditutup untuk umum setiap hari Senin. Pengelola kawasan Monas melakukan perawatan kawasan Monas pada waktu tersebut.

Namun, Anies membuat kebijakan baru pada libur Natal 2017. Apabila hari libur nasional bertepatan dengan hari Senin, Anies menginstruksikan Monas tetap dibuka untuk umum.

“Monas biasanya libur Senin. Pagi ini diinstruksikan buka. Begitu juga besok. Mulai sekarang, jika Senin adalah hari libur nasional, Monas tetap buka. Monas tutup di hari Senin di luar hari libur nasional,” tulis Anies melalui akun Instagram pribadinya, @aniesbaswedan, Senin (25/12/2017).

Kembali beroperasinya delman hias

Perubahan lainnya yang dilakukan Anies-Sandiaga yakni memperbolehkan delman berhiaskan kembang kelapa khas Betawi kembali beroperasi di luar kawasan Monas setiap akhir pekan dan hari libur, mulai Desember 2017.

Delman-delman itu belum boleh beroperasi di dalam kawasan Monas.

Delman hias itu dilarang beroperasi di kawasan Monas sejak era Ahok karena ditemukan penyakit yang bisa membahayakan warga.

Sandiaga menyampaikan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menguji coba diperbolehkannya kembali delman beroperasi di sekitar Monas mengingat musim liburan yang telah tiba. Sandiaga menyebutkan, delman hias itu menjadi bagian dari daya tarik wisata Monas.

“Karena menuju liburan ya, liburan banyak yang datang ke Monas, pengunjungnya banyak. Jadi, ini (delman) jadi salah satu daya tariknya,” ujar Sandiaga, Rabu (27/12/2017) malam.

Kebijakan ini mendapatkan kritik dari pendiri Jakarta Aid Animal Network (JAAN) Femke den Haas. Femke menilai DKI Jakarta merupakan kota yang tak layak bagi delman atau andong. Kehidupan kuda pasti akan terancam jika delman dipaksakan beroperasi di kawasan Monas.

Menanggapi hal tersebut, Sandiaga berjanji akan memperhatikan kesehatan kuda-kuda penarik kereta delman itu.

(mtd/min)