Fenomena Langka 10 Paus Terdampar di Perairan Aceh, Ada Apa Gerangan, Akankah?

0
1128
Petugas dari berbagai komponen dibantu warga berupaya mengevakuasi ikan paus yang terdampar di Pantai Ujong Kareung, Aceh Besar, Aceh, Senin (13/11). ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
Petugas dari berbagai komponen dibantu warga berupaya mengevakuasi ikan paus yang terdampar di Pantai Ujong Kareung, Aceh Besar, Aceh, Senin (13/11). ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

medanToday.com, BANDA ACEH – Kejadian yang tak biasa terjadi di Pantai Ujong Kareueng, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar, Senin (13/11/2017).

Kejadian aneh ini banyak mengundang warga untuk melihat hal yang jarang terjadi. Ya, ternyata kehadiran 10 ekor ikan paus terdampar di pantai tersebut.

Kondisinya masih hidup, hal itu terlihat dari aktivitas paus yang masih mengepakkan ekornya ke air.

Hal itu pun memancing Dekan Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala (FKP Unsyiah), Prof Dr Adlim mengutus beberapa akademisi di fakultas tersebut untuk melihat langsung kawanan paus yang terdampar itu.

Setelah diutus beberapa akademisi, barulah dirinya dan warga yang melihat paus tersebut terdampar ternyata dari jenis yang sama, yaitu paus sperma.

Paus tersebut, katanya, tiba ke pantai Ujong Kareung dalam dua tahap. “Awalnya dua ekor yang terdampar, keduanya dalam keadaan terluka. Baru kemudian menyusul tujuh temannya. Sehingga totalnya menjadi sembilan ekor,”katanya, Senin (13/11/2017).

Ini, kata Dekan FKP Unsyiah, fenomena langka yang terjadi di Aceh. Dikatakannya, ada tiga kemungkinan yang menyebabkan paus itu terdampar di pantai Aceh Besar.

“Dari pandangan teman-teman di FKP Unsyiah kami menduga kemungkinan ada beberapa faktor penyebab terdamparnya sembilan paus sperma itu,” kata Adlim menjawab Serambinews.com.

Penyebabnya bisa karena faktor internal dan eksternal.

“Salah satunya karena mereka (paus) dalam proses migrasi, mengejar/mencari ikan kecil-kecil sebagai makanannya. Kemungkinan ikan-ikan kecil berada di dekat pantai, sehingga paus tersebut mendekati pantai, dan terdampar,”ujar Prof Adlim.

Kemungkinan kedua, pada perairan dangkal banyak gangguan suara dalam air sehingga sistem navigasi mereka –dalam bentuk gelombang suara– menjadi kacau.

Alhasil mereka tidak menyadari tiba-tiba sudah berada di perairan dangkal dan terdampar.

Selain itu, sambungnya, bisa juga terjadi karena mereka kelelahan dalam proses migrasi, sehingga terdampar.

Informasi dari nelayan setempat, kata Adlim, tadinya yang terdampar itu hanya dua ekor karena terluka. Kemudian paus lainnya berdatangan.

Sudah dicoba satu ekor ditarik warga ke tempat yang dalam, tapi paus tersebut kembali lagi ke tempat kawannya yang terdampar.

“Nah, bisa jadi satu ekor atau lebih ada yang rusak organ navigasinya, tapi posisinya bisa jadi dia pula yang menjadi pimpinan kawanan (betina dan anak-anak paus), sehingga semua kawanan itu jadi terdampar karena dipandu oleh paus yang kebetulan rusak organ navigasinya,” kata Adlim.

Pakar kimia jebolan FKIP Unsyiah ini akhirnya menyudahi analisisnya dengan bersandar pada fakta religi bahwa, penjelasan yang paling sesuai dengan fakta sebenarnya itu adalah Allahu a’lam (Allah Yang Maha Tahu).

Petugas dari berbagai komponen dibantu warga berupaya mengevakuasi ikan paus yang terdampar di Pantai Ujong Kareung, Aceh Besar, Aceh, Senin (13/11). ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
Petugas dari berbagai komponen dibantu warga berupaya mengevakuasi ikan paus yang terdampar di Pantai Ujong Kareung, Aceh Besar, Aceh, Senin (13/11). ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

Sedangkan jawaban yang lebih mendekati kebenaran, menurutnya, adalah jawaban yang didasarkan pada penelitian.

Tapi pakar dari negara maju pun masih menganggap hal itu masih puzzle mungkin jawaban yang ketiga didasarkan pada hipotesa (berdasarkan teori) yang belum dibuktikan.

“Demikian sekadarnya yang bisa kami sampaikan saat ini,” kata Adlim mewakili teman-temannya sesama akademisi di FKP Unsyiah.

(mtd/min)