Geng Motor Jepang yang Bikin Onar Berakhir

0
520
Ilustrasi geng motor
Ilustrasi geng motor

medanToday.com, JAKARTA – Ulah geng motor yang menjarah toko pakaian di Jalan Cakalele, Sukmajaya, Depok, Jawa Barat membuat resah. Tindakan onar kelompok muda-mudi yang menamakan diri sebagai Geng Jembatan Mampang alias Geng Jepang ini pun merugikan banyak orang.

Setelah menangkap 31 anggota geng motor Jepang, polisi kembali menangkap empat orang yang sempat menjarah toko pakaian di Depok, Jawa Barat. Satu dari empat pelaku yang ditangkap diketahui sebagai pentolan geng pemuda asal Mampang, Pancoran Mas, Depok tersebut.

Empat pelaku yang ditangkap masing-masing berinisial H (18), A (16), W (15), dan M (12). Semua pelaku yang berjenis kelamin laki-laki ini langsung ditetapkan sebagai tersangka kasus penjarahan.

“H yang berumur 18 tahun itu disebut mengakui sebagai ketua kelompoknya,” ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono di kantornya, Jakarta, Rabu (27/12/2017).

Dengan begitu, lanjut Argo, total tersangka kasus penjarahan yang dilakukan Geng Jepang ini berjumlah 12 orang. Dari total tersebut, delapan tersangka di antaranya masih di bawah umur.

“Kemarin kan 8 (tersangka) sekarang nambah 4 lagi, jadi 12 kami tahan. Dan kami proses sesuai dengan UU (Perlindungan) Anak, dan yang dewasa kami proses seperti biasa,” kata dia.

12 Tersangka yang ditahan saat ini diketahui memiliki peran langsung dalam penjarahan toko pakaian Fernando Store di Sukmajaya, Depok, Jawa Barat.

“Mereka ikut mengambil (pakaian), ada juga yang ikut membawa senjata tajam, jadi semua yang membantu pun juga bisa ikut kena,” ucap Argo.

Rentetan Onar

Dalam catatan kepolisian, setidaknya Geng Jepang telah lima kali melakukan penjarahan.

“Dia tidak hanya jarah pakaian saja, tapi dia juga tukang gorengan, nasi goreng di pinggir jalan juga ada, dia untuk makan,” ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya, Selasa 26 Desember 2017.

Polisi, kata Argo, masih melakukan pendalaman terkait sejumlah aksi kriminal yang dilakukan Geng Jepang.

Argo meminta semua lapisan masyarakat berperan aktif dalam menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan. Salah satunya, kata dia, mencegah para pemuda terlibat dalam aksi kejahatan.

Peran tokoh dan para orangtua sangat diharapkan dalam hal ini. “Perlu adanya kesinambungan bersama untuk menyelesaikannya. Jangan sampai itu berlanjut terus,” ucap Argo.

Geng motor Jembatan Mampang atau Geng Jepang menjarah toko pakaian Fernando Store, Jalan Sentosa Raya, Sukmajaya, Depok, Jawa Barat, Minggu pagi yang lalu. Aksi itu terbilang nekat.

Pasalnya, tak jauh dari lokasi mereka beraksi terdapat Pos Polisi Proklamasi. Letaknya di ujung jalan, sekitar 100 meter dari tempat kejadian.

Aksi Geng Jepang menjarah toko pakaian terekan CCTV. Dari video tersebut juga tampak mereka justru datang dari arah Pos Polisi. Aksi para ABG yang menumpangi puluhan motor itu memang terbilang sangat cepat.

Datang bergerombol, anggota Geng Jepang langsung masuk ke toko baju sambil mengancam dengan senjata tajam. Setelah mengambil beberapa barang, mereka langsung pergi.

Sebelumnya, Kepala Sub Bagian Humas Polresta Depok AKP Sutrisno, menolak disebut kecolongan terkait aksi puluhan remaja yang konvoi menggunakan motor dan berbekal senjata tajam pada Minggu kemarin.

Dia mengungkapkan, para pelaku menarget daerah yang bukan menjadi target patroli Tim Jaguar Polresta Depok. Tim Jaguar adalah tim antibandit Polresta Depok. Jaguar merupakan kependekan dari Tim Khusus Penjaga Gangguan dan Anti Kerusuhan, tim ini merupakan gabungan dari satuan di Polresta Depok.

“Namanya anak-anak ngerti juga, kan, Jaguar lewat mana. Itu sesuatu di luar dugaan,” ujar Sutrisno saat dikonfirmasi Liputan6.com Senin 25 Desember 2017. Ia pun membantah bahwa Tim Jaguar absen melakukan patroli.

Peran Anggota Perempuan

Kasat Reskrim Polresta Depok Kompol Putu Kholis Aryana menjelaskan, hingga Rabu 27 Desember 2017, pihaknya sudah menangkap 31 anggota geng motor Jepang. Namun, 19 orang dipulangkan karena tidak terbukti ikut melakukan pencurian dengan kekerasan.

“Mereka hanya teman-temannya saja yang saat penangkapan ada di lokasi,” ujar Putu.

Dalam penangkapan itu, ada tiga perempuan yang ikut ditangkap kepolisian. Tiga perempuan itu dua di antaranya masih di bawah umur. Mereka adalah YA (16) dan BA (16), sementara EF berusia 18 tahun.

“Yang wanita anggota biasa, tapi ada yang berperan dalam perekrutan (calon anggota geng baru),” kata Kasat Reskrim Polresta Depok Kompol Putu Kholis Aryana di Mapolresta Depok, Rabu (27/12/2107).

Ketiga wanita anggota geng Jepang itu sudah ditetapkan menjadi tersangka karena terbukti terlibat dalam aksi penjarahan.

Jual Senjata Tajam

Satu dari tiga wanita anggota geng motor Jepang di Depok yang kerap melakukan tindakan kriminal, ternyata juga berperan menjual senjata tajam yang diproduksi sendiri.

“Jadi dipajang, dijualnya lewat Facebook, media sosial. Tapi enggak mencantumkan harganya,” kata Kasat Reskrim Polresta Depok Kompol Putu Kholis di Mapolresta Depok, Rabu (27/12/2107).

Calon pembeli, menurut Putu, harus menghubungi nomor pelaku yang tertera. Setelah itu, calon pembeli memesan jenis senjata tajam yang diinginkan.

“Nah itu japri atau via whatsapp untuk cara membelinya,” jelas dia.

Kepada Liputan6.com, AF mengakui menjual senjata tajam. Namun, dia mengaku senjata-senjata tersebut bukan miliknya, melainkan punya teman satu geng.

Motif AF menjual senjata tajam sendiri cukup mengejutkan, “Buat beli bensin,” kata AF di Polresta Depok, Rabu (27/12/2017).

Senjata tajam, kata AF, dijual melalui media sosial. “Setiap senjata dijual Rp 100 ribu per unit,” kata dia.

Duka Korban

Sudah jatuh tertimpa tangga. Pepatah tersebut kiranya tepat untuk menggambarkan kondisi toko pakaian Fernando, di Jalan Cakalele, Sukmajaya, Depok. Setelah ratusan potong pakaian dijarah geng motor Jepang pada Minggu 24 Desember 2017 pukul 04.30 WIB, kini toko yang buka 24 jam itu sepi pembeli.

“Sepi yang beli setelah kejadian penjarahan,” kata salah satu karyawan toko, Obet, kepada Liputan6.com di lokasi, Depok, Rabu 27 Desember 2017.

Pria asal Sukabumi, Jawa Barat ini mengatakan, biasanya puluhan pembeli keluar masuk tokonya. Namun, usai penjarahan, pembeli langsung turun drastis.

“Ramai biasanya, keluar masuk bisa puluhan apalagi kalau malam, makin ramai pembeli,” ujar dia.

Ia pun geram dengan aksi beringas muda-mudi yang menjarah ratusan pakaian tersebut. “Pasti marahlah. Salah apa toko ini sampai mereka menjarah begini,” ucap Obet.

Dia mengaku mendapat firasat buruk sebelum penjarahan itu terjadi. “Biasanya tenang-tenang saja, tapi di hari itu enggak enak. Perasaan saya enggak tenang,” kata dia.

Selain Obet, sang pemilik toko pakaian rupanya juga memiliki perasaan serupa. Bahkan, sekitar satu jam sebelum penjarahan itu terjadi, sang bos meneleponnya.

“Sekitar pukul 03.00 WIB bos telepon, itu bos juga ada firasat enggak enak sebelum kejadian,” cerita Obet.

Obet berharap kejadian ini adalah yang pertama dan terakhir yang menimpa tokonya. Selain itu, ia meminta agar polisi memberantas kelompok geng motor, khususnya di wilayah Depok agar tak ada lagi masyarakat yang dirugikan.

“Biar enggak ada lagi kasus-kasus yang merugikan masyarakat,” harap Obet.

Sebelum menjarah tokok pakaian di Depok, Minggu pagi, para pemuda dari geng motor Jepang ini menjarah warung Tegal (Warteg) di Limo.

“Pelakunya sama, mereka menjarah warteg dan yang diambil di antaranya kopi sachet,” kata Kasat Reskrim Polresta Depok Kompol Putu Kholis di Mapolresta Depok, Rabu (27/12/2107).

Sama halnya saat gerombolan ABG ini menjarah toko pakaian 24 Jam Fernando di Sukmajaya, Depok, mereka mengancam penjaga warteg dengan senjata tajam.

Akibat aksinya, polisi menjerat gerombolan geng motor Jepang tersebut. “Ya pencurian dengan kekerasan,” ujar Putu.

Geng-Geng Motor

Selain Geng Motor Jepang asal Sawangan, Depok, Jawa Barat, sejumlah nama kelompok yang berbau negara asing pun terbentuk di Jakarta. Kawanan itu juga terkenal brutal di jalanan.

Tidak jarang mereka melakukan kekerasan terhadap warga. Berdasarkan penelusuran Liputan6.com, ada Geng Amerika, Geng Inggris, dan Geng Jatiwaringin All Star.

1. Geng Amerika

Meski namanya Amerika, kelompok ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan Negeri Paman Sam. Nama geng motor yang diambil dari nama negara adidaya ini merupakan singkatan dari Anak Merdeka Kalisari, Jakarta Timur.

Geng motor ini umumnya beranggotakan remaja Jakarta. Biasanya mereka nongkrong atau berkumpul di wilayah sekitaran Cijantung, Jakarta Timur.

“Wah, ya enggak ada, Mas. Enggak ada orang Amerika-nya juga. Orang kita semua. Cuma namanya, sih,” ujar Pri yang hidup dalam lingkaran pergaulan komunitas motor remaja saat ditemui Liputan6.com di Jatipadang, Jakarta Selatan, Kamis, 8 September 2016.

2 Geng Inggris

Geng Motor Inggris atau dikenal juga dengan GMI konon jadi musuh besar Geng Amerika. Geng ini disebut-sebut menguasai wilayah Jagakarsa dan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Asal usul geng ini tidak banyak diketahui.

“Kalau Inggris pernah dengar emang namanya, tapi enggak tahu singkatan dari apa atau kenapa dinamai Inggris,” kata Pri.

Geng ini pernah jadi buah bibir setelah dua pemuda menjadi korban pembacokan sekelompok kawanan bermotor di Jalan Warung Jati Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pada September 2016.

Yang menarik, Geng Motor Inggris ini diduga memiliki ilmu kebal dari kelompok Mahesa Kurung, yang diprakarsai Bayu Aji Prakoso.

Dia biasa menggembleng muridnya di bengkel ketok magic kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Bayu mengaku punya pengikut 300 orang. Namun dari bukti yang ditunjukkan, para anggota yang rajin bertandang ke bengkel hanya 20 sampai 30 orang.

“Rata-rata mereka anak-anak di bawah umur, para remaja,” kata Kapolsek Jagakarsa saat itu, Kompol Sri Bhayangkari, saat dihubungi Liputan6.com, Senin, 5 September 2016.

Dua murid Bayu membeberkan alasannya bergabung ke perkumpulan Mahesa Kurung. Ada yang minta mahir kanuragan, ada juga yang mencari ilmu pemikat wanita alias pelet

Setiap kali beraksi, Geng Inggris diduga membawa 30 sepeda motor dan berboncengan. Biasanya pimpinan kelompok ini menurunkan ilmunya setiap satu kali dalam sepekan, tepatnya malam Sabtu.

3. Geng Jatiwaringin All Star

Jajaran Polres Metro Jakarta Timur meringkus 10 anggota geng motor itu setelah menyerang warga bernama Fajar Andriansyah. Korban berusia 24 tahun itu tewas setelah dikeroyok di kawasan Jatiwaringin, Makassar, Jakarta Timur, pada Minggu 21 Mei 2017.

“Kalau dilihat dari itunya ya mereka ‘Jatiwaringin All Star’. Mereka sih enggak ngaku, tapi kalau dari Facebook-nya ya namanya Jatiwaringin All Star,” tutur Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Andry Wibowo, Rabu 24 Mei 2017.

Kapolsek Makassar Kompol Nurdin Abdulrahman menyampaikan, geng motor itu berulah pada Minggu 21 Mei 2017 sekitar pukul 04.00 WIB. Awal mula bentrok tawuran dengan warga terjadi di wilayah Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat.

“Sebenarnya mereka tawuran di Pondok Gede sana. Tapi lama-lama dipukul mundur warga sampai masuk ke wilayah saya ini,” tutur Nurdin saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta.

Bentrokan geng motor asal Tambun dengan warga Pondok Gede itu meresahkan warga Pondok Gede dan Jatiwaringin, dan ikut mencegat di daerah mereka.

“Mundur sampai minimarket Jatiwaringin dicegat juga. Namanya mereka sudah resah akhirnya dibubarkan sampai ada yang meninggal itu,” jelas Nurdin.

(mtd/min)