Aku tak pernah membiarkan Opungku menggunakan handphone yang bisa mengakses internet termasuk Facebook! Jelas. Aku hanya tak ingin melihatnya mati lebih cepat karena sakit jantungnya kumat akibat tak siap membaca berbagai status dan komentar yang berseliweran di jagad maya. Tanpa filter pula.

Anda bisa bayangkan apa yang ada di pikiran Opung kalau membaca berita berjudul “Perempuan Ini Jual Keperawanan Demi Uang Kuliah”?. Atau membaca ribuan caci dan makian di antara komentar-komentar netizen? Atau bahkan mengakses video porno di layar Videotron yg disebarluaskan oleh netizen di Jakarta?

Ya. Aku teramat sayang dengan Opung. Aku ingin melihatnya hidup lebih lama. Sampai ajalnya tiba, jangan harap handphone canggih itu bisa sampai ke tangannya.

Namun Opung justru berbeda dengan Tulang itu. Tulang Nasution. Pimpinan Kota Medan itu. Umurnya masih jauh dari kata renta. Ia, harusnya, masih cerdas dan bijak. Kubolehkan kau Tulang makai handphone canggih yang bisa mengakses internet dan juga Facebook. Tapi kenapa jantungmu selemah Opungku, Tulang?

Ini zaman internet, Tulang. Maka akan makin cepat kritik dan dengusan terpampang di layar handphonemu. Tak usah marah, Tulang. Kenapa tidak marah saja dengan Tuhan karena membiarkanmu hidup di jaman penuh keterbukaan di era digital ini?

ilustrasi hp zaman dulu. internet
ilustrasi hp zaman dulu. internet

Rumah mereka kebanjiran. Kendaraan mereka rusak. Nyawa mereka terancam. Bekerja pun terganggu. Mereka lantas mengeluh samamu, Tulang. Salah kah?

Andai Medan ini hutan, maka takkan pernah kau dengar senandung sindiran dari wargamu. Andai ini hutan, kau akan bebas menggelar orkestra puja dan puji tanpa dikritik. Tapi kami manusia, Tulang!

Kami bukan memilihmu untuk dimarahi begitu. Kami ada jutaan jumlahnya. Tugas kalian, pemimpin, untuk mendengar kami. Kalau dua telinga tak cukup, pinjam lah telinga bawahanmu. Biar semua terdengar. Jelas. Teramat jelas dibanding lengking amarahmu itu.

Sudahlah, Tulang. Kau tak ubahnya dengan Opung. Kalian belum layak hidup di jaman canggih dan menggunakan handphone canggih. Beradab dan bijak itu pilihan. Kelak ketika kau berulangtahun, aku akan memberikanmu handphone yang pantas. Layak untuk orang yang belum tua namun berpikiran renta. Handphone ini yang cocok untukmu, Tulang. Kelak kalau nada deringnya berbunyi “tilulit”, angkatlah. Aku yang menelpon…