medanToday.com, HOUSTON – Seorang ibu amat gusar setelah diusir dari sebuah pesawat setelah sebelumnya diminta berhenti menyusui bayinya.
Mei Rui, seorang pakar kanker, dipaksa meninggalkan pesawat milik maskapai Spirit Airlines setelah pramugari memintanya berhenti menyusui putranya yang berusia dua tahun.
Perempuan asal kota Houston, Texas itu sedang dalam penerbangan menuju ke New York untuk melakukan riset terkait kanker di kota tersebut.
Mei tak sendirian diusir dari pesawat itu. Kedua orangtuanya yang sudah uzur juga ikut diturunkan dari penerbangan pada Jumat (8/12/2017).
Rekaman yang diambilnya dengan menggunakan telepon pintar memperlihatkan bayinya menangis saat Mei mencoba berhenti menyusuinya.
Kepada harian The Washington Post, Mei mengatakan, dia menyusui bayinya saat pintu pesawat masih terbuka dan para penumpang masih berdatangan masuk ke dalam kabin.
Lalu seorang awak kabin mendekati dan meminta Mei menaruh bayinya di kursi khusus karena pesawat akan tinggal landas.
“Saya hanya meminta beberapa menit lagi karena jika anak saya bangun saat lepas landas maka dia akan membuat kegaduhan,” ujar Mei.
“Saya katakan kepada pramugari itu bahwa saya akan selesai menyusui saat pintu pesawat ditutup,” tambah dia.
Para pramugari lalu membicarakan masalah ini dan Mei kemudian berhenti menyusui. Tak lama kemudian bayi itu menangis keras yang disusul perintah awak kabin agar Mei meninggalkan pesawat.
Mei merekam saat-saat ketika dia menanyakan alasan dia harus meninggalkan pesawat. Namun, tak satu pun awak kabin yang memberikan jawaban.
Mei hanya menerima jawaban bahwa dia tak mengikuti aturan tetapi mereka tak menjelaskan aturan penerbangan mana yang dilanggarnya.
Dalam video lain terlihat Mei mencoba bertanya kepada salah seorang awak kabin.
“Jika ini terjadi kepada anggota keluargamu apa yang akan Anda lakukan?” tanyanya.
“Hal seperti ini tak akan terjadi pada keluarga saya. Saya jamin!” ujar seorang awak kabin dengan nada tinggi.
Mei mengatakan, dia merasa amat dipermalukan digiring keluar dari pesawat di hadapan ratusan penumpang.
“Kami belum pernah mengalami hal semacam ini sebelumnya. Kalian seharusnya tak memperlakukan orang seperti ini,” kata dia.
Mei juga menuliskan permintaan maaf kepada para penumpang karena masalah yang timbul.
“Saya meminta maaf atas sebuah ketidaknyamanan yang dirasakan oleh semua penumpang pesawat,” kata Mei.
“Kami sudah berusaha untuk menghentikan tangisan bayi saya yang mengganggu penumpang lain. Tapi dia lima kali terbangun karena penundaan penerbangan hingga tiga jam membuat banyak suara pengumuman yang mengagetkan dia,” tambah Mei.
“Akibatnya dia menjadi tak nyaman, tetapi bayi menangis bukan pelanggaran hukum. Apalagi jika kalian membiarkan saya melakukan tugas sebagai ibu, tak ada yang akan menyadari kehadiran bayi saya di pesawat,” lanjut Mei.
Perilaku awak kabin Spirit Airlines ternyata mendapat perhatian para penumpang dan salah seorang dari mereka, Holly Barton, menumpahkan kekesalannya lewat media sosial.
“Sungguh menjijikkan melihat apa yang dilakukan awak pesawat kepada seorang perempuan di penerbangan saya,” ujar Holly.
“Setelah 3,5 jam penundaan dan kami terjebak di dalam pesawat lalu harus turun dan boarding kembali, anak perempuan itu kemudian menangis dan tak mau duduk di kursinya,” tambah Holly.
“Apakah Spirit tak memahami jika anak berusia dua tahun tak bisa duduk diam diikat sabuk pengaman selama tiga jam? Dia berperilaku baik di dua jam pertama. Apakah memanggil polisi memang diperlukan?” tanyanya.
Sementara itu manajemen Spirit Airlines bersikukuh bahwa Mei diturunkan dari pesawat setelah melanggar aturan saat pesawat sedang bergerak menuju landasan pacu.
“Kami meminta maaf atas ketidaknyamanan ini. Sebagai kompensasi, kami mengembalikan penuh semua biaya yang sudah dikeluarkan penumpang bersangkutan,” demikian Spirit Airlines.(mtd/min)
========================================================