medanToday.com – Alih-alih belanja kapal, sejumlah emiten jasa pelayaran memilih untuk menjual armadanya.
Salah satunya PT Rig Tenders Indonesia Tbk yang menjual empat armada kapal miliknya agar dapat meningkatkan utilisasi armadanya.
Emiten pelayaran berkode saham RIGS saat ini memang memilih fokus untuk meningkatkan utilisasi armadanya.
Munizam Bin Mahmud selaku Direktur Keuangan berharap dengan utilitas armada yang meningkat akan mampu meningkatkan kapasitas tonase yang dapat mereka manfaatkan dari 71 sisa kapal milik mereka.
“Harapannya utilisasi naik. Karena bisa bawa lebih, jadi bisa tambah kapasitas tonasenya,” terang Munizam di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Sepeti yang diketahui, Agustus lalu perseroan menjual empat kapal miliknya, yaitu Batur, Bromo, BSC Star, dan Klabat.
Dari penjualan, perseroan meraih dana segar US$ 379.669 dari penjualan 4 kapal tersebut.
Cerita berbeda dialami PT Trans Power Marine Tbk (TPMA). Rudy Sutiono selaku Direktur Keuangan TPMA mengaku pihaknya kekuarangan armada untuk saat ini.
Maklum, sejak tahun lalu pihaknya memang sudah meraih utilisasi penuh untuk seluruh armadanya.
“Kami kekurangan armada tapi belum ada rencana beli (armada) karena bank-bank di Indonesia belum masuk lagi untuk financing kapal,” terangnya kepada Kontan, Minggu (1/10/2017).
Seperti yang diketahui, saat ini TPMA memiliki 35 set kapal tunda dan tongkang dengan 2 tipe, ukuran 300 feet dengan kapasitas hingga 8.000 ton dan ukuran 330 feet dengan kapasitas berkisar 10.000-12.000 ton dalam sekali pengangkutan.
Hal yang sama juga dirasakan oleh PT Pelayaran Tamarin Samudra Tbk. Bukannya menjual armada, emiten berkode saham TAMU ini malah berniat menambah armada. Maklum saat ini TAMU memang sedang mengikuti tender untuk angkutan hasil migas.
Menurut Leo A. Tangkalisan selaku Direktur Operasional dan Business Development saat ini 2 armada kapal miliknya sedang mengikuti tender penyewaan kapal.
Salah satunya oleh Petronas Carigali yang memenangkan lelang dengan harga penawaran terendah umtuk kapal Petroleum Winners.
“Nilai kontraknya saya lupa, kalau tidak salah sekitar US$ 18 juta untuk 5 tahun,” klaim Leo.
Untuk sisa kapal yang masih menganggur seperti kapal Petroleum Charlie masih menunggu hasil lelang tender penyewaan kapal kepada sejumlah perusahaan, seperti CNOOC SES Ltd, PHE, dan Pertamina EP.
Harapannya, jika mampu memenangkan tender penyewaan kapal tersebut, mampu meraih pencapaian positif hingga akhir tahun.
“Secara umumnya (kondisi industri) sudah membaik, walaupun masih sedikit membaiknya,” tambah Leo.
(mtd/min)