Ilustrasi Mahasiswa. (sumber:internet)

medanToday.com,MEDAN – Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar Webinar di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara dengan mengusung tema “Medsos Sarana Meningkatkan Demokrasi dan Toleransi”.

Pada webinar yang menyasar target segmen mahasiswa serta masyarakat umum ini dihadiri 326 peserta daring. Ada empat narasumber yang berkompeten mengisi webinar ini. Di antaranya Doni Yusri, seorang Dosen dan Praktisi, Dr. Teguh Widodo, Peneliti Sosial Demografi di BKKBN, Dr. Sugeng Wanto, seorang Praktisi Pendidikan dan Dosen FUSI UINSU, dan Dadang Darmawan, S.Sos, M.Si Dosen Fakultas ISOPOL UMA.

Penggiat media sosial Ranitya Nurlita bertindak sebagai Key Opinion Leader (KOL) dan memberikan pengalamannya. Hadir pula selaku Keynote Speaker, Samuel A. Pangerapan, Dirjen Aptika Kementerian Kominfo.

Pada Sesi pertama tampil Dr.rer.nat. Doni Yusri memaparkan pada saat inilah kita harus menjadi agen sosial dan agen perubahan politik. Demokrasi tidak bisa kita lepaskan dari kegiatan politik, tetapi demokrasi tidak harus berupa ujaran kebencian.

Sedangkan Teguh Widodo menjelaskan Undang-undang ITE membatasi gerak ekspresi sosial supaya tidak menimbulkan keresahan, tidak menimbulkan kegaduhan, tidak merugikan orang lain, tidak memburuk-burukan orang lain, dan tidak melanggar tata norma dan etika.

Sugeng Wanto, mengatakan dalam berkomunikasi etika yang harus diterapkan adalah qaulan sadidan yakni penyampaian pesan yang benar dan tepat dengan kondisi yang ada, terdapat pada QS. An-Nisa’ ayat 9, qaulan layyinan yakni penyampaian pesan yang lemah lembut, terdapat pada Q.S Thaha ayat 44, dan qaulan ma’rufan yakni penyampaian pesan yang mengajak kepada kebaikan, terdapat pada Q.S An-Nisa ayat 8.

Pembicara keempat Dadang Darmawan, menuturkan dampak era digital terhadap demokrasi adalah pembatasan, peretasan atau pembobolan server, doxing, disinformasi, BOT data besar dan iklan gelap, hate-spin dan post truth, dan fact-checking.

“Sedangkan dampak era digital terhadap intoleransi adalah kebencian yang cepat menyebar, aktor atau media sosial yang tidak bertanggung jawab, peristiwa penting, remaja yang terpapar konten negatif, dan fanatisme,” ujarnya.(*)

======================