Jubir Satgas Covid-19: Rasio Kesembuhan dari Total Kasus Capai 82,84 Persen

0
157
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 dr. Reisa Brotoasmoro. (Ist)

medanToday.com, JAKARTA – Juru bicara Satgas Penanganan Covid-19, dr. Reisa Broto Asmoro menyebut tingkat kesembuhan pasien Covid-19 di Indonesia terus menunjukkan tren membaik. Recovery rate (rasio kesembuhan) dari total kasus Covid-19 mencapai 82,84 persen.

“Angka sembuh dan selesai isolasi meningkat dibanding sebelumnya yakni 80,51 persen,” kata dr. Reisa dalam acara dialog juru bicara pemerintah dan duta adaptasi kebiasaan baru yang diselenggarakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) dengan tema “Antara Pengobatan dan Pencegahan: Pilih Mana?”.

Keseriusan pemerintah menangani pasien Covid-19 terlihat dari suplai obat penanganan Corona yang terus terdistribusi dengan cukup. Mulai 4 November, obat ini sudah didistribusikan ke 34 Dinas Kesehatan provinsi dan 779 rumah sakit di seluruh Indonesia. Selain itu, pemerintah juga terus melakukan pemenuhan suplai obat hingga Desember mendatang. Tenaga medis yang disiapkan mencapai 300 ribu orang yang bekerja di rumah sakit rujukan seluruh Indonesia.

Pada kesempatan yang sama, dr. Gia Pratama Putra menceritakan, ada tiga fase yang harus dihadapinya setiap hari saat menangani pasien Covid-19. Fase pertama yaitu meyakinkan pasien positif bahwa penyakit itu bisa dilalui.

“Keyakinan sembuh membuat 50 persen tingkat kesembuhan pasien. Sebenarnya virus ini bisa kalah dengan daya tahan tubuh kita sendiri. Jadi, bapak atau ibu tidak usah fokus ke penyakitnya. Biar dokter-dokter kita yang fokus pada penyakitnya. Bapak-ibu fokuslah menjaga diri dan kesehatan,” ungkap dokter Kepala Instalasi Gawat Darurat (IGD) di salah satu rumah sakit Jakarta.

Fase ke dua, pasien yang diisolasi tidak boleh bertemu dengan keluarga ataupun teman. Sebagai tenaga kesehatan, dokter harus terus berkunjung untuk menyemangati pasien dan berperan sebagai keluarga keduanya. Memasuki fase ke tiga tedapat dua kemungkinan, pertama adalah kesembuhan pasien, kedua hasil yang tidak diinginkan yaitu meninggalnya pasien.

Menurutnya, mengobati memang penting, namun mencegah itu lebih baik. Ia pun mengibaratkan pencegahan dengan sebuah rumus, Ri (risiko infeksi) = Jv (jumlah virus) dibagi i (imunitas tubuh). Jadi, cara menurunkan risiko infeksi adalah menurunkan jumlah virus, praktenya dengan melakukan 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan) dan meningkatkan imunitas tubuh.

“Cara meningkatkan imunitas ini ada tiga, pertama memenuhi kebutuhan nutrisi yang cukup dan baik. Artinya sayur dan buah harus dikonsumsi tiap hari. Kedua istirahat cukup, penelitian terbaru mengatakan ideal tidur manusia 6-7 jam. Tidur sebelum jam 11 malam, dan bangun sebelum pukul 5 pagi, ini paling baik. Terakhir olahraga rutin, ini banyak yang tidak dilakukan saat kita bekerja di rumah. Padahal ada banyak olah raga bisa dilakukan di dalam rumah,” jelas dr Gia.

Masyarakat juga diimbau melakukan deteksi dini gejal Covid-19. Upaya ini sangat membantu meringankan gejala agar tidak semakin berat nantinya.

“Saya ingin teman-teman atau masyarakat datang ke rumah sakit ketika kondisinya belum parah. Kalau fase awal dahak belum kental, itu pakai obat pengencer dahak saja tidak akan menyumbat paru-paru. Jadi tidak akan menyebabkan pneumonia parah. Selain itu, sekarang tes swab juga sudah semakin cepat, dalam satu atau dua hari sudah bisa diterima hasilnya. Dan harganya semakin terjangkau,” ucapnya. (mtd/min)